Pengertian Beton Pracetak Dan Cor

November 26, 2018
Sebenarnya beton pracetak tidak berbeda dengan beton biasa. Yang menjadikannya berbeda adalah metode pabrikasinya. Pada umumnya penggunaan beton pracetak dianggap lebih ekonomis dibandingkan dengan pengecoran di tempat dengan alasan mengurangi biaya pemakaian bekisting, mereduksi biaya upah pekerja karena jumlah pekerja relatif lebih sedikit, mereduksi durasi pelaksanaan proyek sehingga overhead yang dikeluarkan menjadi lebih kecil.

Selain itu, bekerja di permukaan tanah jauh lebih mudah dan lebih aman untuk dilakukan, seperti persiapan cetakan, pengecoran, perapian permukaan, perawatan dan penggunaan bekisting yang dapat berulang kali.
Sampai saat ini pro dan kontra penggunaan beton pracetak masih berlangsung. Masing-masing pihak pendukung ataupun penentang metode ini mempunyai argumen sendiri.
Pengertian Pracetak
Pengertian Beton Pracetak
Pracetak dapat diartikan sebagai suatu proses produksi elemen struktur/arsitektural bangunan pada suatu tempat/lokasi yang berbeda dengan tempat/lokasi di mana elemen struktur/arsitektural tersebut akan digunakan.
Teknologi pracetak ini dapat diterapkan pada berbagai jenis material, yang salah satunya adalah material beton.
Beton pracetak sebenarnya tidak berbeda dengan beton yang sering dijumpai dalam bangunan pada umumnya.
Yang membedakan hanyalah proses produksinya. Beton pracetak dihasilkan dari proses produksi di mana lokasi pembuatannya berbeda dengan lokasi di mana elemen akan digunakan.
Lawan dari pracetak adalah beton cor di tempat atau cast-in place, di mana proses produksinya berlangsung di tempat elemen tersebut akan ditempatkan.
Dibandingkan cast in place, teknologi beton pracetak mempunyai beberapa keunggulan, yaitu sebagai berikut:
-        Kecepatan dalam pelaksanaan pembangunannya.
-        Dicapainya tingkat fleksibilitas dalam proses perancangannya
-        Pekerjaan di lokasi proyek menjadi lebih sederhana.
-        Pihak yang bertanggung jawab lebih sedikit.
-  Mempunyai aspek positif terhadap skedul, terutama kemudahan di dalam melakukan pengawasan dan pengendalian biaya serta jadwal pekerjaan.
-        Jumlah pekerja kantor proyek lebih sedikit. Demikian juga tenaga lapangan yang dibutuhkan untuk setiap unit komponen yang lebih kecil karena pekerjaan dapat dilaksanakan secara seri.
-        Menggunakan tenaga buruh kasar sehingga upah relatif lebih murah.
-     Waktu konstruksi yang relatif lebih singkat karena pekerja lapangan (di lokasi proyek) hanya mengerjakan cast in-situ dan kemudian menggabungkan dengan komponen-komponen beton pracetak.
-        Aspek kualitas, di mana beton dengan mutu prima dapat lebih mudah dihassilkan di lingkungan pabrik.
-        Produksinya hampir tidak terpengaruh oleh cuaca.
-   Biaya yang dialokasikan untuk supervisi relatif lebih kecil. Hal ini disebabkan durasi proyek yang iebih singkat.
-    Kontinuitas proses konstruksi dapat terjaga sehingga perencanaan kegiatan dapat lebih akurat.
-        Mampu mereduksi biaya konstruksi.
-        Dapat dihasilkan bangunan dengan akurasi dimensi dan mutu yang lebih baik.
Dibandingkan cast in place, teknologi beton pracetak mempunyai kelemahan-kelemahan sebagai berikut:
-        Kerusakan yang mungkin timbul selama proses transportasi.
-  Dibutuhkan peralatan lapangan dengan kapasitas angkat yang cukup untuk mengangkat komponen konstruksi dan menempatkannya pada posisi tertentu.
-        Biaya tambahan yang dibutuhkan untuk proses transportasi.
-   Munculnya permasalahan teknis dan biaya yang dibutuhkan untuk menyatukan komponen-komponen beton pracetak.
-        Diperlukan gudang yang luas dan fasilitas curing.
-        Diperlukan perencanaan yang detil pada bagian sambungan.
-        Diperlukan lapangan yang luas untuk produksi dalam jumlah yang besar.
Dengan kondisi yang demikian maka tidak mudah untuk menentukan mana yang lebih ekonomis, menggunakan proses konstruksi tradisional atau menggunakan teknologi beton pracetak.
Ditinjau dari pengalokasian dana dalam suatu proyek, distribusi biaya proyek sipil dan gedung dapat diperkirakan sebagai berikut:
-        6% - 8% untuk biaya kantor pusat
-        65%-70% biaya konstruksi
-        10%-15%, biaya mekanikal
-        10%-15% biaya listrik
-        10%-15% biaya kontingensi.
Berdasarkan alokasi biaya dapat ditunjukkan bahwa distribusi pemakaian biaya yang terbesar adalah anggaran untuk konstruksi bangunan. Oleh sebab itu apabila ingin mereduksi biaya proyek maka harus dilakukan evaluasi pada bagian konstruksi.
Salah satu metode yang mampu mereduksi pemakaian biaya konstruksi adalah dengan mengaplikasikan teknologi beton pracetak. Penghematan biaya dari penggunaan teknologi beton pracetak diperoleh dari hal-hal sebagai berikut:
-      Upah tenaga pabrik yang relatif lebih murah dibanding upah tenaga lapangan (produktivitas di pabrik lebih konsisten).
-        Pemakaian bekisting yang lebih hemat.
-        Pemakaian bekisting yang relatif lebih sedikit.
-        Waktu penyelesaian proyek yang lebih cepat.
-   Produktivitas yang lebih besar dari pekerja karena sebagian besar bekerja di permukaan tanah.
-        Tidak terpengaruh cuaca.
Berdasarkan hal tersebut di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pemakaian beton pracetak akan mengurangi biaya pada pos konstruksi.
Berdasarkan luasan dari produk yang dihasilkan dari suatu proses produksi, elemen beton pracetak dapat dikelompokkan menjadi:
-        Produk kecil.
Kelompok ini dibedakan berdasarkan luasan elemen beton pracetak yang tidak lebih besar dari 2 m2, seperti kanstin, paving, bantalan rel, dan lain sebagainya.
-        Produk besar.
Kelompok ini dibedakan berdasarkan luasan elemen beton pracetak yang lebih besar atau sama dengan 2 m2, misalnya panel penutup dinding (cladding), plat lantai, plat atap, dan lain sebagainya.
Selain pengelompokan tersebut di atas, pengelompokan dapat pula didasarkan pada berat dari elemen beton pracetak, yaitu:
-        Ringan
Yang termasuk dalam kelompok ini adalah elemen beton pracetak yang beratnya tidak lebih dari 30 kg atau elemen yang dapat diinstalasi oleh satu orang, misalnya paving.
-        Medium
Yang termasuk dalam kelompok ini adalah elemen beton pracetak yang mempunyai berat sampai dengan 500 kg atau elemen yang dapat ditransportasikan dengan menggunakan peralatan mekanis sederhana.
-        Berat.
Yang termasuk dalam kelompok ini adalah produk yang mempunyai berat lebih besar dari 500 kg dan diperlukan alat berat untuk memindahkannya.
Berdasarkan bentuk elemen, struktur dapat dikelompokkan menjadi blok, panel, balok, dan kolom. Blok adalah unit plat dengan proporsi b > 3h dan I < 6h. Panel adalah unit plat dengan proporsi b > 3h dan I > 6h. Sedangkan balok dan kolom memiliki proporsi b < 3h dan I > 6h.
Blok, panel, kolom, dan balok digolongkan dalam elemen struktur monoplanar. Beton pracetak juga dapat diproduksi dalam dua dimensi atau tiga dimensi.
Elemen box units yang mempunyai dimensi sebesar ukuran sebuah ruang pada umumnya (ruang tidur, ruang makan, ruang tamu). Proyek yang menggunakan box units sebagai elemen struktur dituntut untuk menyediakan peralatan berat (kapasitas angkat besar) untuk keperluan erection, namun penggunaan elemen ini dapat mereduksi durasi kegiatan proyek secara mengejutkan.
Dengan penggunaan box units dimungkinkan penggunaan material komposit, misalnya penggunaan aluminium sebagai rangka jendela, sehingga pihak pelaksana tinggal memasang ornamen sebagai bahan finishing.

0 komentar