Ketentuan Perhitungan Konstruksi Bangunan

November 18, 2018

Perhitungan konstruksi harus dilakukan secara keilmuan/ keahlian dengan teliti, dan didasarkan atas keadaan yang paling tidak menguntungkan konstruksi, mengenai pembebanan, gaya-gaya yang bekerja dan tegangantegangan yang terjadi pada konstruksi.

Beban-beban yang perlu diperhatikan ialah beban-beban mati termasuk beban tetap dan berat sendiri, beban-beban berguna, tekanan angin, gayagaya gempa bumi dan juga tekanan air, tekanan tanah, getaran-getaran dan tumbukan-tumbukan yang mungkin timbul.
Untuk konstruksi-konstruksi sederhana yang bukan konstruksi beton atau baja, atas pertimbangan kepala Bagian Teknik tidak disyaratkan adanya perhitu ngan- perhitungan konstruksi.
Konstruksi Atap
Secara umum konstruksi atap harus didasarkan atas perhitungan-perhitungan yang teliti dan dapat dipertanggungjawabkan, kecuali untuk konstruksi atap yang sederhana, tidak disyaratkan adanya perhitungan-perhitungan.
Bentuk atap yang biasa digunakan ialah bentuk atap datar dari konstruksi beton bertulang dan bidang atap yang miring dari genteng, sirap, seng gelombang atau asbes semen gelombang.
Atap yang rata datar, tidak memiliki ruang udara penyekat panas, sinar matahari yang terus menyinari atap membuat ruang di bawah atap terasa panas.
Untuk mengurangi panas, maka sebaiknya letak langit-langit agak diturunkan, sehingga antara langit-langit dan atap beton membentuk ruang udara penyekat panas.
Pada bidang atap yang miring mendaki, paling banyak menggunakan penutup genteng, karena cukup awet dan murah meskipun genteng dapat diresapi air dan kotoran, sehingga warnanya cepat berubah menjadi hitam.
Penutup atap genteng susunannya tidak dapat rapat sekali, maka air dan debu dapat merembes masuk, terutama waktu hujan disertai angin, untuk menghindari masuknya air hujan terhembus angin, maka kemiringan atap genteng dibuat cukup curam, yaitu sudutnya antara 35-60 derajat sehingga air hujan dapat cepat mengalir ke bawah.
Penutup atap dari sirap atau asbes semen gelombang, selain lebih ringan, juga susunannya lebih rapat dan rata, maka air hujan tak mudah merembes meskipun dihembus angin, sehingga kemiringan atap sirap atau asbes semen gelombang dapat kurang dari 35 derajat, sudut terlandai dapat 5 derajat, tetapi sebaiknya sudut kemiringannya di antara 15 sampai 90 derajat, sudut tegak 90 derajat biasa digunakan untuk list plank penutup sisi.
Karena rapatnya penutup atap dari seng gelombang atau asbes semen gelombang, maka tekanan angin pada muka atap ini lebih besar dibanding atap genteng, sehingga atap seng gelombang atau asbes semen gelombang sebaiknya dibuat dengan sudut miring yang kecll (landai), dan terutama digunakan untuk pembuatan penutup atap bangunan-bangunan besar dengan muka bidang atap yang luas dan terletak di daerah yang banyak angin, misalnya untuk pabrik-pabrik atau gudang-gudang di lapangan luas, hanggarhanggar pesawat di lapangan terbang dan gudang-gudang di pelabuhan laut.
Bentuk dari bidang atap yang miring ada beberapa macam, tetapi yang biasa digunakan untuk perumahan ialah:
a)   Bentuk atap joglo, yang mencerminkan bentuk bangunan Jawa klasik.
b)   Bentuk atap pelana atau zadeldak, karena konstruksinya yang sederhana, maka banyak digunakan pada perumahan umum (public housing).
c)   Bentuk atap limasan atau Schilddak, bentuknya lebih rajin, sehingga banyak digunakan untuk perumahan baru yang modern.
d)   Bentuk atap sengkuap atau sisir pisang (lessenaardak), biasa untuk membuat ruangan kecil di sisi tembok yang tinggi, dan digunakan sebagai rumah samping.
e)   Bentuk atap gerigi gergaji atau zaagdak, terutama digunakan untuk pabrik-pabrik, dengan gerigi diarahkan ke selatan, agar dapat menerima cahaya penerangan dan menghindarkan masuknya panas sinar matahari.
Seluruh berat atap dipikul oleh kuda-kuda, melalui konstruksi yang tersusun dari reng-reng, usuk-usuk (kasau-kasau) dan gording-gording. Pada tembok, untuk meratakan tekanan usuk dan mengikat kedudukan usuk, maka pada muka atas tembok dipasangkan balok tembok/blandar (muurplaat).
Ukuran kayu yang umum digunakan ialah:
a)   Reng, ukuran 2 x 3 cm, jarak pemasangannya disesuaikan dengan besar kecil genteng atau sirap yang digunakan.
b)   Usuk (kasau), ukuran 4 x 6 cm atau 5 x 7 cm, jarak antara usuk-usuk ialah 50 cm.
c)   Gording, ukuran 8 x 12 cm atau 8 x 16 cm, jarak antara masing-masing gording ialah 2,50 - 3 m.
d)   Balok tembok, ukuran 8 x 10 cm atau 8 x 12 cm.
Dengan adanya bermacam-macam bentuk atap, berbagai kemiringan bidang atap dan berbagai jenis penutup atap dengan berat yang berbeda, juga mengingat besar kecilnya bentang dari ruangan, maka terdapat pula berbagai bentuk konstruksi kuda-kuda.
Langit-Langit (Celing)
Di bawah kuda-kuda dipasang penutup yang disebut langit-langit, dan biasanya terbuat dari bahan-bahan:
a)   Pelat asbes semen rata setebal 3,2-4 mm, ukuran yang banyak_digunakan ialah 1 x 1 meter. Kebaikan langit-langit dari pelat asbes semen rata ialah murah dan awet, tetesan air dari kebocoran atap tidak mempengaruhi, juga tidak dapat terbakar.
b)   Kepang bambu kulitan, untuk digunakan penutup langit-langit biasa dibuat lebih halus dan rapat, meskipun harganya lebih murah, tapi kurang awet, langit-langit kepang bila sudah agak lama akan menjadi cembung dan tidak rata lagi, sehingga tampak kurang rajin.
Pada langit-langit kepang bambu, tidak boleh dilabur dengan kapur, karena serpih-serpih kapur mudah jatuh dah dapat mengganggu kesehatan.
c)   Papan kayu atau papan triplex dan lain sebagainya.
Tujuan pemasangan langit-langit ialah:
a)   Untuk menutupi seluruh konstruksi atap dan kuda-kuda penyangganya, agar tidak terlihat dari bawah, sehingga ruangan akan terlihat bersih dan indah.
b)   Untuk menahan jatuhnya debu dan kotoran lain, juga menahan tetesan air hujan yang merembes melalui celah-celah atap.
c)   Untuk membuat ruang antara yang berguna sebagai penyekat panas, sehingga panas atap tidak mudah menjalar ke dalam ruangan di bawahnya.
Dinding
Dinding-dinding harus tegak lurus betul, agar dapat memikul berat sendiri, beban tekanan angin dan bila sebagai dinding pemikul, harus pula dapat memikul beban-beban di atasnya.
Dinding-dinding harus terpisah dari pondasi oleh suatu lapisan rapat air (cement-raam atau trasraam) sekurang-kurangnya 15 cm di bawah permukaan tanah sampai 20 cm di atas lantai bangunan agar air tanah tidak dapat meresap naik ke atas, sehingga dinding tembok terhindar dari basah dan lembab, dan tampak bersih tidak berlumut.
Dinding-dinding di kamar mandi dan kakus, setinggi sekurang-kurangnya 1,50 m di atas permukaan lantai harus rapat air. Dinding bangunan biasa dibuat dari batu bata, batu cetak tras/kapur dan batu alam.
Pada dinding ringan untuk penyekat ruangan, dapat digunakan kayu, papan triplex atau asbes semen.
Dinding pasangan batu bata adalah'yang terbanyak digunakan, tetapi batu bata di lndonesia sifatnya kurang keras dan rapat, bila dibanding dengan batu bata yang dibuat di Eropa, hal ini disebabkan oleh bahan dasar dan cara membakar dalam pembuatan batu bata masih sangat sederhana; oleh karena itu, untuk menambah keawetan terhadap pengaruh iklim dan memperkuat ikatan, maka pasangan dinding batu bata selalu diplester pada kedua sisinya.
Batu bata yang bentuknya teratur, lebih mudah dipasang menjadi dinding tembok daripada batu alam/asli, pasangan batu bata untuk dinding-dinding luar pada bangunan tidak bertingkat, dan dinding dalam pembagi ruangan, dapat dipakai pasangan batu bata 1/2 batu, tetapi karena dinding-dinding tipis terlalu lemah untuk menahan gaya tekan vertikal dan gaya horisontal/gaya gempa, maka untuk memperkuat berdirinya tembok 1/2 batu.
Harus digunakan rangka pengkaku yang terdiri pilaster-pilaster atau kolom dan balok beton bertulang setiap luas tembok 12 m2, ukuran tebal kolom dan balok beton itu diambil sama dengan tebal tembok, agar tembok tampak rata dan bersih, dan kolom-kolom beton selalu dipasang di sudut-sudut, pertemuan dan persilangan dinding, dan pada jarak antara kira-kira 3 m, balok-balok beton horisontal sekeliling bangunan dipasang setiap jarak tinggi kira-kira 3 m.
Lubang jendela dan pintu pada dinding, bila lebar lubang kurang dari 1 m, dapat diberi pasangan batu bata tersusun tegak (roolag) di atas lubang, bila lebar lubang lebih dari 1 m, di atas lubang harus dipasang balok latei dari beton bertulang, baja atau kayu yang awet.
Spesi yang biasa digunakan untuk pasangan dan plesteran tembok batu bata ialah:
a)   Untuk pekerjaan tidak rapat air:
-        1 kapur : 1 semen merah : 2 pasir
-        1 semen Portland : 4 pasir.
b)   Untuk pekerjaan rapat air:
-        1 semen portland : 2 pasir.
-        Dan tiap hari hanya dipasang batu bata setinggi 1 m.
Lantai
Lantai-lantai harus cukup kuat menahan Seban-beban di atasnya, dan bahan lantai digunakan ubin, beton dan kayu.
Lantai dari ubin adalah yang terbanyak digunakan pada bangunan perumahan, ini disebabkan faktor-faktor:
a)   Lantai ubin murah dan tahan lama.
b)   Lantai ubin dapat mudah dibersihkan dengan air, tanpa merusak bahannya.
c)   Lantai ubin tidak dapat dirusak oleh rayap.
Lantai ubin yang biasa digunakan pada bangunan perumahan ialah ubin batu alam dan ubin semen portland atau terrazzo. Ubin batu alam yang terkenal ialah dari batuan trachite berwarna kelabu pasir dari daerah Cirebon, dan ubin batu gunung atau batuan andesit yang berwarna kelabu-biru; ubin-ubin ini permukaannya datar tetapi kasar, biasa digunakan pada gudang, garasi, terras dan ruangan yang tidak penting.
Ubin semen Portland atau terrazzo adalah ubin batu buatan, ukurannya biasa 15 x 15 cm, 20 x 20 cm dengan tebal2 cm dan 30 x 30 cm dengan tebal 2,5 cm, permukaan halus, rata dan datar, kecuali untuk ruang mandi, kakus, terras dan emper yang sering tersiram air, agar tidak licin digunakan ubin-ubin dengan permukaan beralur atau ubin-ubin wafel.
Lantai ubin dipasang langsung di atas dasar pasir bersih, lapis pasir ini sedikitnya tebal 20 cm di atas muka tanah yang telah dipadatkan, dan lapis pasir sendiri juga harus dipadatkan dengan disiram air dan ditumbuk sampai padat betul, lantai ubin pada bangunan perumahan biasa, dipasang dengan mortel tersusun dari 1 kapur : 3 pasir atau 1 semen portland : 3 pasir, untuk memasang ubin (tegel), tidak boleh menggunakan mortel dengan semen merah.
Pekerjaan lantai baru dilaksanakan sesudah pekerjaan-pekerjaan atap, langit-langit dan tembok selesai, juga pipa-pipa saluran air atau gas dan lainlain sudah terpasang.
Pondasi Bangunan
Pondasi bangunan penting/berat, harus diletakkan pada dasar tanah yang cukup kuat menahannya; untuk tujuan itu dilakukan penyelidikan tanah, guna menentukan dalamnya tanah padat dengan daya dukung yang cukup besar, sehingga menjamin kekokohan landasan pondasi bangunan.
Pondasi bangunan harus diperhitungkan dapat menjamin kestabilan bangunan terhadap berat sendiri, beban-beban berguna dan gaya-gaya luar, seperti tekanan angin, gempa bumi dan lain-lain, dan tidak boleh terjadi penurunan pondasi setempat ataupun penurunan pondasi yang merata lebih dari batas-batas tertentu, yaitu:
Jenis bangunan Penurunan maximum
Bangunan umum 2,54 cm
Bangunan pabrik 3,81 cm
Gudang 5,08 cm
Pondasi mesin-mesin 0,05 cm

Bentuk pondasi ditentukan oleh berat bangunan dan keadaan tanah bangunan, sedang dalamnya pondasi ditentukan oleh letaknya tanah padat yang mendukung pondasi.
Pondasi pada tanah bangunan yang miring lebih dari 10 %, maka pondasi bangunan harus dibuat rata atau merupakan tangga dengan bagian atas dan bawah pondasi mendatar, karena bila pondasi dibuat melereng mengikuti miring tanah bangunan, maka terdapat bahaya pondasi akan tergeser oleh tekanan bangunan.
Pondasi yang terbanyak digunakan untuk bangunan perumahan ialah pondasi langsung, untuk bangunan besar/berat atau bila letak tanah padat sangat dalam, digunakan pondasi tiang. Pondasi langsung atau pondasi dangkal (shallow foundation), digunakan bila lapisan tanah padat dengan daya dukung yang cukup besar, letaknya tidak dalam.
Dasar pondasi langsung selain harus terletak di atas tanah padat, juga harus terletak di bawah lapisan-lapisan tanah yang masih dipengaruhi oleh iklim, antara lain gerusan erosi, susut muai atau retak-retak pada tanah liat di musim kemarau. Karena itu kedalaman dasar pondasi minimal 0,80 m sampai 1 m di bawah permukaan tanah.
Pondasi langsung dapat dibuat dari pasangan batu kali atau batu bata, beton/beton bertulang, tetapi yang terbanyak digunakan ialah batu kali, karena pasangan batu kali murah, awet dan daya dukungnya besar, dan untuk pondasi dinding, ukuran lebar puncak pondasi harus sekurang-kurangnya 5 cm lebih tebal dari dindingnya.
Pondasi tiang disebut pondasi dalam (deep foundation), digunakan bila lapisan tanah dengan daya dukung yang cukup kuat, terletak jauh di bawah permukaan tanah. Pondasi tiang dapat dibuat dari tiang-tiang kayu, baja, beton bertulang atau beton pratekan, ukuran panjang tiang tidak boleh lebih dari 45 kali diameternya, dan beban tiang-tiang tidak boleh melebihi daya dukungnya.
Bila digunakan tiang-tiang pancang, maka kepala dan ujung tiang harus dijaga jangan sampai rusak oleh pekerjaan pemancangan. Bila digunakan tiang-tiang dari beton bertulang atau beton pratekan yang tidak dicor di tempat, maka tiang-tiang ini harus cukup kuat pula untuk diangkut dan dikerjakan.
Dalam pelaksanaan pondasi bangunan, lapisan humus harus dikeruk dulu dari tempat bangunan, bila keadaan tanah dasar masih jelek, dengan daya dukung tanah kurang dari 0,5 kg/cm2, maka galian pondasi diteruskan sampai mencapai kedalaman tanah yang cukup kuat, dengan daya dukung lebih dari 0,5 kg/cm2.
Tetapi kota-kota besar di lndonesia banyak terletak di tepi pantai atau sungai, dengan tanahnya terdiri dari lempung, lumpur dan pasir halus atau campurannya yang tidak padat, sehingga lapisan tanah keras hanya didapat jauh di bawah permukaan tanah.


0 komentar