Pengertian Sambungan Kering Dan Basah Beton Pracetak

December 14, 2018
Proses penyatuan komponen-komponen struktur beton pracetak menjadi sebuah struktur bangunan yang monolit merupakan hal yang amat penting dalam pengaplikasian teknorogi beton pracetak. Material yang harus disatukan terdiri dari dua jenis. Yang pertama adalah penyatuan material beton dan yang kedua adarah penyatuan material baja.
Sambungan antar komponen pracetak tidak hanya berfungsi sebagai penyalur beban tetapi juga harus mampu secara efektif mengintegrasikan komponen-komponen tersebut sehingga struktur secara keseluruhan dapat berperilaku monolit.
Gaya-gaya yang harus disalurkan dalam struktur bangunan adalah gaya horizontal, yaitu gaya yang timbul akibat beban horizontal (beban angin, beban gempa) atau gaya vertikal, yaitu gaya gaya yang ditimbulkan akibat beban gravitasi (berat sendiri komponen).
Penempatan sambungan antar komponen beton pracetak harus diusahakan sedemikian rupa sehingga terletak pada suatu tempat di mana momen yang terjadi relatif kecil dan hanya sedikit komponen yang harus disatukan.
Mengingat mahalnya biaya dan waktu yang dibutuhkan untuk proses penyambungan, sebaiknya diusahakan sesedikit mungkin melakukan penyambungan karena hal tersebut akan menambah durasi keseluruhan suatu proyek.
Salah satu contohnya adalah komponen beton pracetak kolom. Jika memungkinkan (tergantung tinggi bangunan), sebaiknya kolom diproduksi secara menerus (tanpa sambungan) dari kolom lantai dasar sampai dengan kolom lantai paling atas.
Pengertian Sambungan Kering Dan Basah
Metode yang digunakan dalam usaha menyatukan komponen-komponen beton pracetak dibedakan menjadi dua. Yang pertama, dengan menggunakan sambungan kering. Sedangkan yang kedua adalah dengan sambungan basah.
Metode sambungan kering adalah metode penyambungan komponen beton pracetak di mana sambungan tersebut dapat segera berfungsi secara efektif. Yang termasuk dalam metode ini adalah alat sambung berupa las dan baut.
Sambungan basah adalah metode penyambungan komponen beton pracetak di mana sambungan tersebut baru dapat berfungsi secara efektif setelah beberapa waktu tertentu. Yang termasuk dalam jenis ini adalah sambungan in-situ concrete joints. Masing-masing metode tersebut di atas mempunyai kelebihan dan kekurangan, sehingga pemanfaatannya disesuaikan dengan kondisi yang ada.
Pemilihan metode penyambungan dipengaruhi oleh beberapa hal, antara lain:
1)  Sistem Struktur
Rangka bangunan yang terbentuk oleh kolom tanpa ada sambungan di sepanjang kolom biasanya dengan ketinggian tidak lebih dari 30 meter. Hal ini disebabkan karena berat sendiri komponen tersebut. Dengan bertambah panjangnya kolom maka akan bertambah pula beratnya.
 Jika ini terjadi maka tentu diperlukan peralatan dengan kapasitas angkat yang lebih besar (belum tentu peralatan tersebut tersedia). Dengan demikian dimensi ukuran komponen beton pracetak tergantung dari peralatan yang tersedia di daerah di mana lokasi proyek tersebut berada.
2)  Metode Erection
Dalam penyatuan komponen-komponen beton pracetak dikenal dua metode erection, yaitu metode vertikal dan metode horizontal. Metode vertikal adalah penyatuan komponen beton pracetak pada arah vertikal ke atas sehingga sambungan-sambungan yang dilaksanakan harus segera berfungsi secara efektif karena akan segera menerima dan menyalurkan beban yang dipikul.
Berbeda dengan metode horizontal, cara ini memberikan kelonggaran waktu sebelum sambungan tersebut menerima beban. Dengan demikian pemilihan alat sambung sangat dipengaruhi oleh metode erection yang digunakan.
Sebuah sambungan diharapkan dapat menyalurkan beban-beban yang bekerja dengan sempurna. Hal tersebut dapat dicapai apabila sambungan tersebut bersifat kaku (rigid).

0 komentar