Perumahan yang Fleksibel dan Mudah Beradaptasi

December 08, 2017
Dalam kehidupan sehari-hari mungkin sebagian orang mendengar istilah fleksibel, bahkan mungkin ada juga yang baru mendengar. Fleksibel bisa dikatakan kelenturan atau mudah diatur, jadi bisa disebut fleksibel itu orang yang mudah menyesuaikan diri terhadap lingkungan. Jadi dari macam kata tersebut dapat disimpulkan fleksibel adalah sikap yang mampu beradaptasi dan tanggap dengan cepat sekalipun dalam keadaan yang sangat darurat/mendesak.

Fleksibilitas Ruang
Fleksibilitas penggunaan ruang adalah suatu sifat kemungkinan dapat digunakannya sebuah ruang untuk bermacam-macam sifat dan kegiatan, dan dapat dilakukannya pengubahan susunan ruang sesuai dengan kebutuhan tanpa mengubah tatanan bangunan.
Kriteria pertimbangan fleksibilitas adalah:
1)  Segi Teknik
Yaitu kecepatan perubahan, kepraktisan, resiko rusak kecil, tidak banyak aturan, memenuhi persyaratan ruang.
2)  Segi Ekonomis
Yaitu murah dari segi biaya pembuatan dan pemeliharaan.
Ada tiga konsep fleksibilitas, yaitu ekspansibilitas, konvertibilitas, dan versabilitas.
Berikut penjelasannya:
1)  Ekspansibilitas
Adalah konsep fleksibilitas yang penerapannya pada ruang atau bangunan yaitu bahwa ruang dan bangunan yang dimaksud dapat menampung pertumbuhan melalui perluasan.
2)  Konvertibilitas
Ruang atau bangunan dapat memungkinkan adanya perubahan tata atur pada satu ruang.
3)  Versatibilitas
Ruang atau bangunan dapat bersifat multi fungsi.
Fleksbilitas arsitektur dengan menggunakan berbagai macam solusi dalam mengatasi perubahan-perubahan aspek terbangun di sekitar tapak membuatnya dapat dianalisa pada kajian temporer yaitu dimana fleksibilitas arsitektur ini dapat berubah sesuai dengan yang pengguna butuhkan.
Sifat temporer ini dapat dianalisa pada tiga aspek temporal dimension yang diungkapkan oleh Carmona, et al (2003):
1)  Time Cycle And Time Management
Aktivitas selalu berubah sesuai dengan ruang maupun sesuai dengan waktu seperti sebuah zat cair yang nantinya akan memerlukan sebuah wadah untuk memberikan kekuatan aktivitas tersebut. Disinilah arsitek sebagai pencipta ruang harus selalu kritis melihat celah-celah terbentuknya ruang yang berubah sesuai dengan perubahan waktu yang juga memberikan reaksi pada penggunaan lingkungan sekitarnya.
2)  Continuity And Stability
Walaupun lingkungan selalu berubah dari waktu ke waktu sebuah keberadaan desain seharusnya mampu beradaptasi dengan perubahan-perubahan lingkungan tersebut, sehingga keberlanjutan desain yang diharapkan dari sebuah karya arsitektur memiliki fungsi optimal yang stabil dalam bereaksi dengan lingkungan terbangun.
3)  Implemented Over Time
Sebagai seorang Arsitek, perencana ruang, hal ini merupakan hal penting yang harus diperhatikan. Bagaimana desain nantinya bukan bekerja di jamannya saja tetapi juga justru bisa melampaui jamnnya. Sehingga pemikiran-pemikiran yang inovatif harus terus dihadirkan untuk menghadirkan strategi yang dapat mengatasi segala perubahan akan lingkungan.
Sifat Fleksibilitas Ruang
Setiap bangunan berpotensi untuk mengakomodasi beberapa perubahan. Namun, tidak semua bangunan memiliki unsur fleksibel dan tidak semua bangunan dapat pula memungkinkan terjadinya perubahan guna. Menurut Kronenburg, bangunan yang fleksibel adalah bangunan yang dapat mengakomodir kegiatan-kegiatan penghuni dan sangat memungkinkan terjadi perubahan dalam bangunan. Berkembangnya kreativitas manusia dalam rangka memenuhi kebutuhannya agar lebih baik adalah salah satu faktor yang kemudian mempopulerkan arsitektur fleksibel.
Salah satu kriteria bangunan fleksibel adalah memiliki kapasitas untuk berubah, baik struktur ruang ataupun kegunaan yang general dibandingkan denganruang-ruang dengan kegunaan yang spesifik.
Fleksibilitas dalam arsitektur telah menjadi perdebatan sejak munculnya revolusi industri. Perdebatan tersebut berakhir pada dua definisi tentang fleksibilitas.
Fleksibilitas adalah kondisi saat arsitek mendesain bangunan dengan komplit, sehingga unsur fleksibilitas sudah termasuk di dalamnya.
Fleksibilitas adalah kondisi saat membiarkan bangunan sebagai karya yang belum selesai (incomplete) untuk kemudian berkembang dimasa depan sesuai kebutuhan penghuni.
Mengenai perdebatan fleksibilitas dalam arsitektur ini, Hertzberger menanggapi bahwa bangunan yang dapat merespon kemungkinan yang terjadi di masa depan adalah bangunan yang tanpa dirubah pun tetap dapat digunakan untuk setiap kegiatan.
Dari pendapat - pendapat tersebut yang perlu ditekankan adalah bahwa arsitektur fleksibel adalah suatu usaha yang dilakukan untuk merespon permasalahan -permasalahan desain yang dengan tujuan utamanya adalah dapat mengakomodir kebutuhan penghuni/pengguna bangunan.
Untuk mencapai tujuan tersebut dilakukan bermacam-macam cara, Kroenburg (2007). Merumuskan 4 karakter utama arsitektur fleksibel, yaitu adaptation, transformation, movability dan interaction. Empat karakter ini adalah kriteria umum yang harus dimiliki oleh arsitektur fleksibel.
1)  Adaptation
Yang berarti bangunan yang dapat merespon perubahan-perubahan yang terjadi, sehingga perubahan yang terjadi di masa depan dapat diakomodir oleh bangunan tersebut.
Desain yang adaptable merupakan suatu strategi untuk merespon kondisi dimana suatu bangunan tidak selalu menjadi bangunan yang akan dihuni seseorang atau sebuah kelompok (keluarga) saja, melainkan untuk sekumpulan orang lain yang akan menghuni bangunan itu dimasa depan. Dengan pendekatan adaptable architecture, bangunan berpotensi untuk berubah secara berkelanjutan. Adaptable architecture juga memungkinkan terjadinya perubahan sistem untuk teknologi terbaru pada sistem yang telah terpasang sebelumnya. Seiring perkembangan teknologi, sistem servis, komunikasi dan sekuriti pasti akan mengalami perubahan. Dalam adaptable architecture, fleksibilitas untuk mengganti dan mengupgrade sistem-sistem tersebut dapat dimungkinkan.
2)  Transformation
Berhubungan dengan perubahan bentuk, volume dan tampak bangunan, Sebuah bangunan yang transformable adalah arsitektur yang erat hubungnanya dengan kinetic atau gerakan-gerakan ‘membuka’, ‘menutup’, ‘meluas’, dan ‘menyempit’.
3)  Movability
Dalam hal ini terkait dengan tingkat fleksibilitas peletakan bangunan. Unsur-unsur bangunannya dapat dipindahkan dari satu tempat ke tempat lainnya. Metode yang diterapkan adalah dengan membuat bangunan menjadi ‘portable’, yaitu, dapat dibongkar bagian per bagian namun dapat dirakit kembali hingga menjadi utuh seperti semula. Strategi yang digunakan untuk memindahkan bangunan moveable architecture adalah dengan menggunakan bantuan alat transportasi.
4)  Interaction
Berkaitan dengan aksi dan reaksi manusia dalam upayanya mewujudkan bangunan pintar (intelligent building). Interactive architecture adalah arsitektur yang mengandalkan teknologi dalam penerapannya. Tujuannya adalah membuat bangunan yang pintar sehingga bangunan tersebut secara otomatis dapat mengakomodir kebutuhan penghuni. Teknologi yang memungkinkan hal itu terjadi adalah sebuah alat sensor yang menerima sinyal dari penghuni dengan perantara telepon genggam, PDA, komputer atau alat lainnya.
Secara umum yang dibutuhkan bangunan dengan guna yang berkelanjutan adalah tingkat fleksibilitas yang memungkinkan bangunan tersebut digunakan dalam kurun waktu yang panjang dengan kemampuan mengakomodir terjadinya perubahan-perubahan pada bangunan dan fleksibilitas tersebut memiliki tiga acuan yang diantaranya adalah ekspansibilitas (perluasan), konvertibilitas (perubahan) dan versatibilitas (multifungsi)
5)  External Shading
Merupakan sebuah tritisan bangunan pada bagian luar bangunan, atau dapat dikatakan sebagai penghalang matahari langsung untuk masuk kedalam bangunan.
6)  Thermal Mass
Merupakan pendekatan dengan material bangunan dimana material bangunan tersebut dapat menyerap dan menyimpan hawa panas dari matahari, namun untuk permasalahan khususnya pada kawasan yang bersifat tropis sebaiknya tidak menggunakan material yang menyimpan panas melainkan material yang memiliki nilai thermal mass yang rendah bahkan tidak ada kalau bias.
7)  Low Window to Wall Area Ratio (S/W)
Merupakan rasio besaran jendela atau bukaan yang digunakan pada rancangan bangunan khususnya pada bagian dinding, hal ini sangatlah berpengaruh terhadap pencahayaan, penghawaan, dan pemandangan.
Rumus perhitungan Window to Wall Area Ratio, menurut Standar National Indonesia, bagian Illuminating Engineering Society (IES):
WWR = Luas Dinding Pada Fasad/Luas Bukaan Pada Fasad
8)  Passive Ventilation
Atau dapat dikenal sebagai natural ventilation yang dimana memanfaatkan tekanan angin sebagai sistem untuk menukar udara dalam bangunan, seperti halnya perputaran udara.
9)  Nocturnal Cooling
Atau dapat dikenal dengan night flush cooling yang berfungsi sebagai ventilasi untuk mendingkan bangunan pada malam hari agar siang harinya bangunan siap menerima panas dari luar bangunan dengan kondisi temperatur yang rendah.
10)Cross Ventilation
merupakan sistem penghawaan bangunan yang memberikan bukaan pada kedua sisi yang bersebrangan. Hal ini agar dapat menerima udara yang datang lalu mendorong udara dalam bangunan menuju keluar bangunan.
11)Stacked Window
Merupakan sistem penerapan bukaan pada dinding yang sama (atas dan bawah) hal ini dapat membantu untuk memasukan udara dingin melalui jendela bawah lalu membuang udara panas dari jendela atas.
12)Passive Evaporative Cooling
Merupakan sistem pelepasan panas yang memanfaatkan penguapan sebagai media pendinginan, seperti halnya menggunakan kolam dalam bangunan.
13)Orientation
Atau dapat dikenal dengan arah hadap bangunan, dimana dengan arah hadap bangunan tersebut dapat meminimalisir atau memaksimalkan pemanfaatan dari masuknya matahari dan angin.
14)Double Facades and Buffer Space
Berfungsi sebagai secondary skin atau lapisan kedua pada bangunan. Dengan menggunakan sistem ini maka dapat memanfaatkan ruang antara kedua kulit bangunan sebagai penyaring suhu panas yang masuk pada bangunan.
15)Central Atria And Lobbies
Menggunakan atrium atau lobby yang besar pada rancangnya agar dapat memusatkan penghawaan pada titik tersebut seperti mengarahkan udara dingin yang masuk lalu membuangnya yang keluar melalui atrium, lobby atau void tersebut.
16)Opening To Corridors And Between Seperated Room
Memberikan bukaan pada bagian koridor atau memberikan space antar ruangan agar tidak mengunci hawa panas pada bangunan dan lebih mudah mengatur sirkulasi bangunan.
Konsep Gagasan Yang Diusulkan
"Apakah perumahan telah ditentukan sebelumnya atau dapatkah itu merespons perubahan gaya hidup dan siklus hidup penghuninya?"
Perumahan yang Fleksibel dan Mudah Beradaptasi
Ada ketidakcocokan antara pilihan perumahan yang ada dan preferensi masyarakat. Kami tidak membangun apa yang kita inginkan; peraturan dewan, pengaturan perencanaan dan pengaturan zonasi menambah masalah ini. Dengan meningkatnya harga properti di pusat kota, semakin banyak orang dipaksa keluar dari pinggiran kota dan kepemilikan rumah semakin lama semakin terjangkau.
Proyek perumahan yang diusulkan bertujuan untuk menanggapi fluktuasi masyarakat dan gagasan kepemilikan dan masyarakat melalui strategi perumahan yang fleksibel dan mudah disesuaikan. Masterplan terdiri dari ruang komunitas di seluruh lokasi dengan fokus mengembalikan daerah pesisir ke penghuni.
Kelompok hunian yang ditinggikan memberikan privasi bagi penduduk sambil membiarkan masyarakat menyaring melewati jalan utama dan ruang komersial menuju tepi laut. Desain modular memungkinkan variasi tipologi untuk memenuhi keragaman di wilayah ini.
"Kesempatan bagi orang untuk membuat tanda dan identifikasi pribadi mereka, sedemikian rupa sehingga bisa disesuaikan dan dianeksasi oleh semua orang sebagai tempat yang benar-benar 'milik' mereka."
Untuk mengoptimalkan ruang di dalam tempat tinggal, sistem grid diimplementasikan dengan komponen tetap dan fleksibel yang diidentifikasi. Komponen fleksibel memungkinkan tempat tinggal berubah karena ruang yang dibutuhkan oleh penghuninya berubah. Strategi perumahan yang diusulkan ini membahas perumahan "Hilang Tengah" melalui reinterpretasi bagaimana tempat tinggal dapat merespons fluktuasi masyarakat.

0 komentar