Jam Berapa Sekarang?

December 08, 2017
“Bagaimana merancang bentuk bangunan Pasar Wisata Budaya sesuai Arsitektur?” Atau “bagaimana menentukan tataruang dan gubahan massa dari berbagai macam kegiatan yang diwadahi sesuai arsitektur?” dan “Bagaimana menentukan lokasi dan site yang sesuai dengan fungsi Pasar Wisata Budaya sebagai objek wisata budaya?” Kemudian “Bagaimana menentukan jenis kegiatan yang dapat mencerminakan fungsinnya sebagai Pasar Wisata Budaya?”

Pertanyaan diatas mewakili apa yang akan dijelaskan dibawah ini, dalam postingan ini merupakan materi yang berisi deskripsi dan konsep rancangan ideu untuk pembangunan pasar, berikut penjelasannya.
Konsep Pasar Dan Pariwisata
Konsep desain Pasar Dan Pariwisata
Dalam ilmu ekonomi mainstream, konsep pasar adalah setiap struktur yang memungkinkan pembeli dan penjual untuk menukar jenis barang, jasa dan informasi. Dalam proses penjualan terdapat berbagai macam strategi untuk menunjang penjualan suatu produk, salah satunya dengan mengadakan pameran. Pameran adalah media menyampaikan informasi tentang suatu produk. Dalam proses penukaran jika menggunakan uang maka terjadi suatu transaksi.
Pariwisata menurut A.J. Burkart dan S. Medik (1987) adalah perpindahan orang untuk sementara dan dalam jangka waktu pendek ke tujuan- tujuan diluar tempat dimana mereka biasanya hlidup dan bekerja dan kegiatan-kegiatan mereka selama tinggal di tempat-tempat tujuan itu.
Pariwisata dan perdagangan ibarat dua sisi mata uang, sektor pariwisata akan lebih dikenal bila didukung sektor perdagangan, keberadaan perdagangan cendera mata (kerajinan) dan kuliner khas daerah menjadikan pariwisata semakin berdenyut. Untuk itu pasar wisata budaya yang direncankan dapat meningkatkan sector perdagangan maupun pariwisata di daerah tersebut. Sehingga dibutuhkan obyek wisata berbasis budaya berupa pasar dengan aplikasi arsitektur sebagai wujud apresiasi dan nilai lebih tehadap budaya
Pokok permasalahan dalam membangun Pasar Wisata yaitu mencari budaya yang relevan dengan mekanisme kegiatan pasar sehingga obyek wisata ini dapat berfungsi sebagai tempat jual beli produk budaya dengan mengusung konsep Arsitektur sebagai wujud apresiasi budaya sehingga diharapkan mampu memberikan pengalaman ruang.
Gagasan Yang Diusulkan
Mengingat pasar merupakan salah satu ruang urban yang paling menarik untuk umum di abad sekarang, proyek saya yang di beri judul "Jam berapa sekarang?" Akan mengeksplorasi kembali imajinasi pasar publik abad ke-21 melalui strategi pembuatan tempat di kota dan temporalitas alamiah. Hal ini terjadi melalui tiga kerangka konseptual Ritual kehidupan manusia, atribut alamiah dan rasa.
Proposal untuk pasar teluk yang direvitalisasi bertujuan untuk memperkuat keaktifan ranah publik `dengan mendefinisikan sebuah perjalanan baru untuk perjalanan masyarakat antara ruang hijau. Untuk menghasilkan ruang publik yang fleksibel, dan untuk membuat masing-masing komponennya otonom, lanskap situs dibagi menjadi fragmen dan zona yang lebih kecil dan diisi dengan berbagai perabot perkotaan yang dirancang khusus untuk menciptakan sub-zona yang dapat dikonfigurasi ulang yang dapat menjaga seluruh ruang diaktifkan selama waktu yang berbeda serta menarik berbagai kelompok orang untuk tujuan variabel.
Bangunan pasar dibentuk sejajar dengan sumbu dari stasiun kereta ringan ke terminal feri untuk membuat bangunan menjadi tujuan yang menarik dengan rasa mengundang yang lebih kuat bagi orang-orang yang berada di antara simpul transportasi. Bangunan ini terdiri dari dua sayap di sisi yang menggunakan program fleksibel dari ruang ritel dan pendidikan serta makanan. Ruang kanopi utama, sebagai bagian dari perjalanan orang, berfungsi sebagai fasilitator dan penyedia layanan untuk masyarakat dan merupakan ruang publik interaktif yang secara sengaja mencerminkan fitur temporal seperti perubahan pasang surut dan matahari. Bentuk bangunan organik Merges dengan pemandangan hijau di bagian Utara yang digunakan untuk menumbuhkan bunga sebagai bagian dari tujuan komersial pasar dan untuk menggabungkan keindahan alam temporal ke ruang publik yang dirancang.
Relevansi Pasar Wisata Budaya dengan Arsitektur
Berdasarkan tinjauan teori arsitektur jawa terdapat 4 aspek yang mencerminkan arsitektur jawa, yaitu:
1)   Tata Ruang Dan Orientasi Bangunan
Dalam Arsitektur tataruang yang ada berupa rumah tinggal dengan orientasi bangunan utara-selatan. Sedangkan untuk bangunan umum seperti pasar tidak ada tataruang khusus. Dalam buku Peasant Marketing in Jawa (1962) menggambarkan poses terjadinya pasar di Jawa. Namun masyarakat sudah mengenal penzoningan tempat yang disebut Segara-Gunung dimana hasil bumi dari laut berada pada satu zona, tidak bercampur dengan hasil bumi dari gunung.
2)   Bentuk bangunan
Bentuk pokok bangunan Jawa terdapat lima yaitu Panggang Pe, Limasan, Kampung, Joglo dan Tajug.
3)   Material bangunan
Bangunan jawa pada umumnya menggunakan material kayu, namun beberapa bangunan juga ditemukan menggunakan material bambu.
4)   Struktur Bangunan
Struktur bangunan jawa menggunakan struktur kayu dengan gaya beban bidang sehingga dapat bertahan terhadap gaya horisontal. Sistem ini sangat berbeda dengan struktur kayu orang barat dimana gaya yang bekerja merupaka gaya vertikal. Sehingga konstruksi kayu bangunan Jawa dalam posisi tidur, sedangkan konstruksi kayu orang barat tegak.
Berdasarkan kajian teori arsitektur jawa dan pemahaman pasar di atas maka aplikasi arsitektur jawa dapat diterapkan pada Pasar Wisata Budaya pada setiap aspek berikut:
1)   Tata Ruang Dan Orientasi Bangunan
Tidak adanya tataruang khusus tentang arsitektur jawa sebuah pasar, serta konsep Segara-Gunung yang kurang sesuai dengan produk yang dijual pada Pasar Wisata Budaya nantinya. Maka penulis mencoba mentransformasikan susunan tataruang rumah jawa pada Pasar Wisata Budaya sebagai wujud melestarikan budaya.
Arsitektur jawa mempunyai tata ruang yang khas, sebuah rumah tinggal Jawa setidak-tidaknya terdiri dari satu unit dasar yaitu omah yang terdiri dari dua bagian, bagian dalam terdiri dari deretan sentong tengah, sentong kiri, sentong kanan dan ruang terbuka memanjang di depan deretan sentong yang disebut dalem sedangkan bagian luar disebut emperan.
Pola tata ruang tersebut akan ditransformasikan pada Pasar Wisata Budaya yang direncanakan sesuai dengan kegiatan yang ada pada pasar. Sehingga penarapan tataruang rumah Jawa pada Pasar Wisata Budaya lebih ditekankan pada makna atau nilainya, seperti:
a)   Pendapa
Merupakan tempat terbuka untuk umum ditransformasikan pada fungsi ruang sebagai ruang penerima.
b)   Gandok
Sebagai ruang tambahan dan zona semi privat alan ditransformasikan kedalam fungsi ruang dengan kegiatan yang lebih bermakna seperti retail produk budaya besrta proses pembuatannya.
c)   Senthong
Sebagai ruang privat yang dikenal dengan tempat sacral maka dimaknai sesuai konteks kekiniaan (kegiatan Pasar Wisata Budaya) akan ditransformasikan sebagai ruang pamer barang antik.
Karena tataruang Pasar Wisata Budaya bercermin pada rumah Jawa maka orientasi banguanan juga sesuai rumah Jawa pada umumnya yaitu berorientasi utara-selatan.
2)   Bentuk Bangunan
Bentuk bangunan pada Pasar Wisata Budaya tidak lepas dari tataruang rumah Jawa, seperti:
Pendhapa menggunakan bentuk atap pendhapa, Gandhok mengggunakan bentuk atap panggangpe, Senthong menggunakan bentuk atap kampung Karena pasar wisata budaya yang direncanakan berupa masa jamak maka dimungkinkan untuk menggunakan bentuk atap Jawa lainnya sesuai kegiatan yang diwadahi.
3)   Tampilan Bangunan Berdasarkan Material
Material yang digunakan berupa kayu sertap penggunaan batu bata espos untuk sebagai eksplorasi bentuk masa kini sehingga memperkuat karakter konsep kedekatan dengan alam pada rumah Jawa.
4)   Struktur Bangunan
Struktur banguana pasar sesuai dengan bentuk banguanan Jawa yang diterapkan dengan susunan strukur bangunan:
a)   Upper sruktur berupa atap dengan konstruksi kayu
b)   Sub stuktur berupa tiang atau disebut saka pada bangunan Jawa
c)   Supper sturktur berupa umpak

0 komentar