Oprit Jembatan Adalah

November 18, 2017
Dalam pelaksanaan pekerjaan jembatan ada yang disebut diantaramya expansion joint, monolit, oprit dan banyak lagi, yang saya lihat dilapangan khususnya dalam pengerjaan jembatan, oprit itu adalah daerah dengan kontur yang rata di belakang abutment yang difungsikan untuk instalasi girder/gelagar, untuk memasang bailey sebelum girder di luncurken atau launching dan ditempatkan diantara abutment dan pilar.
Pengertian Oprit
Oprit jembatan adalah timbunan tanah atau urugan di belakang abutment yang dibuat sepadat mungkin untuk menghindari penurunan. oprit bisa terdiri atas timbunan pilihan dan timbunan biasa dan untuk membuat oprit berdiri kokoh, maka dibuatlah tembok penahan tanah yang berfungsi menjaga kestabiltas lereng oprit tersebut jika kondisi oprit jembatan berada pada lokasi berbukit. Perencanaan konstruksi oprit ini sangat perlu diperhatikan agar desain oprit yang dihasilkan nantinya dapat aman dan kuat sesuai dengan umur rencana yang telah ditentukan.
Timbunan jalan pendekat jembatan yaitu segmen yang menghubungkan konstruksi perkerasan dengan kepala jembatan merupakan segmen sepanjang jalan yang dibatasi oleh lebar, tinggi tertentu sesuai alinyemen horizontal, alinyemen vertikal dan besarnya kelandaian melintang berdasarkan gambar rencana. Timbunan jalan penekat mulai dari ujung perkerasan jalan melalui transisi kelandaian sampai kepala jembatan sesuai ketentuan DAMIJA yang merupakan bagian dari DAMAJA.
Oprit Jembatan
Oprit Jembatan
Timbunan jalan pendekat sebagai pondasi dasar yang mendukung lapis pondasi bawah. Apabila lapis pondasi bawah tidak ada maka lapisan tanah dasar mendukung langsung timbunan, timbunan jalan pendekat mempunyai kekuatan dan keawetan tertentu.
Dalam penentuan tebal timbunan nilai CBR dapat dikorelasi terhadap daya dukung tanah (DDT). Tinggi timbunan harus dipertimbangkan terhadap adanya bahaya longsor, sebaiknya pada lahan mencukupi dibuat kelandaian lereng alami dan apabila tidak mencukupi harus dibuat konstruksi penahan tanah. Timbunan harus dipadatkan lapis demi lapis sesuai ketentuan kepadatan lapisan.
Timbunan jalan pendekat harus direncanakan sedemikian rupa sehingga mendukung terhadap kekuatan dan kestabilan konstruksi kepala jembatan. Khusus untuk timbunan jalan pendekat dengan timbunan tanah yang tinggi, konstruksi penahan tanah sangat diperlukan agar badan jan tidak longsor.
Pertimbangan perencanaan timbunan jalan pendekat terhadap alinyemen horizontal harus direncakan sesuai dengan keamanan lalu lintas dan perpanjangan jembatan terhadap sungainya. Pertimbangan jalan pendekat terhadap alinyemen vertikal tergantung pada muka air tinggi, muka air banjir dan kelandaian memanjang yang sebaiknya tidak melebihi 5%.
Permaslahan Pada Oprit
Permasalahan utama pada timbunan jalan pendekat yaitu sering terjadinya penurunan atau deformasi pada ujung pertemuan antara struktur perkerasan jalan terhadap ujung kepala jembatan. Hal ini disebabkan karena:
1)  Pemadatan yang kurang sempurna pada saat pelakasanaan, akibat tebal pemadatan tidak mengikuti ketentuan pelaksanaan atau kadar air optimum tidak terpenuhi.
2)  Karena air mengalir keluar, dimana terjadi kapilerisasi pada lapisan atau kelurusan air melalui saluran drainase sehingga ada perubahan tegangan efektif.
3)  Pemadatan lapisan timbunan jalan pendekat yang berlebih, dimana terjadi perubahan kadar air yang mengakibatkan pengembangan lapisan tanah yang dapat mendesak permukaan perkerasan ke atas.
Dalam mekanika tanah telah diketahui tanah timbunan jalan pendekat atau tanah pondasi sebagai material isotropis mempunyai dua sifat fisik yaitu:
1) Indeks fisik seperti kadar air (w), massa jenis, batas cair (LL), indeks plastis (PI), batas susut (SL) dan lain-lain.
2)  Sifat kohesif (c), indekss kompresibilitas (Cc) dan permeabilitas (k).
Beberapa Hal Yang Harus Diperhatkan
Masalah keseimbangan atau stabilitas ditentukan oleh kondisi beban pada tanah dan struktur diatasnya. Sedang masalah deformasi memerlukan perhitungan yang cermat untuk mengetahui besar distribusi tegangan yang ditimbulkan oleh beban struktur terhadap tanah dan berapa besar daya dukung tanah daar yang dapat menahan struktur diatasnya atau bagaimana pengaruh tinggi timbunan terhadap penurunan, longsor dan deformasi kepala jembatan.
Selanjutnya masalah drainase sangat erat keterkaitannya dengan stabilitas maupun deformasi. Kejadian yang sering antara ujung perkerasan baik aspal beton maupun pelat lantai beton yang berdekatan dengan kepala jembatan adalah penurunan dan konsolidasi struktur akibat material pengganti atau oleh tanah dasarnya.
Untuk mengeliminir penurunan pada kepala jembatan adalah dengan menggali pada tanah kritis/labil umumnya di daerah rawa dan menggantinya dengan material pilihan sehingga material timbunan akan lebih cepat memadat. Penggunaan material ringan untuk mengurai berat timbunan sehingga penurunan dan stabilitas dapat ditekan.
Fungsi Oprit
Selaian sebagai pelat injak jalan menuju jembatan oprit juga dipergunakan sebagai ruang instalasi girder pada jembatan beton prategang, pada oprit bailey di pasang dan girder di stressing sebelum diluncurkan ke antara abutment dan pillar.
Oprit diratakan atau di padatkan dan dibuat sesuai alinyemen jalan yang sebelumnya direncanakan, tetapi oprit yang digunakan pada instalasi girder sekiranya oprit harus mempunyai minimal 100 meter, fungsinya untuk merangkai girder yang akan diluncurkan atau di launching.
Bailey yang dipasang dari oprit samapi ketengah jembatan berfungsi untuk mengangkat girder yang sudah dirangkai dan distressing pada oprit, makanya perlu dicermati untuk kepadatan timbunan oprit dan kontur yang rata karena untuk memaksimalkan pekerjaan yang laianya seperti hal-nya instalasi girder.
Ketidakstabilan Timbunan Oprit Jembatan
Seperti biasanya pada setiap tulisan sesudah memaparkan materi dari mulai pengertian maka pada bagian akhir saya memaparkan beberapa kasus mengenai tidak stabil-nya oprit jembatan. Ketidakstabilan pada oprit disebabkan oleh beberpa kemungkinan seperti tanah yang lunak atau dampak, perubahan tata guna lahan atau pola aliran sungai.
Perancangan dan pelaksanaan timbunan jalan di daerah tanah lunak perlu mempertimbangkan aspek stabilitas terhadap gaya yang bekerja. Aspek stabilitas ini mencakup keseimbangan antara beban, baik beban akibat berat sendiri maupun beban lalulintas, terhadap kemampuan kuat geser lapisan tanah pendukungnya. Permasalahan yang terjadi pada timbunan untuk oprit jembatan menjadi lebih kompleks karena pengaruh perilaku sungai yang perlu diperhitungkan dengan seksama dan teliti karena beberapa kejadian yang terjadi pada oprit jembatan diakibatkan oleh permasalahan yang disebabkan oleh perilaku sungainya.
Permasalahan yang terjadi pada timbunan oprit jembatan dapat berakibat pada ketidakstabilan abutmen jembatannya yang mengalami deformasi sehingga akan berdampak pada stabilitas kekuatan tiang pendukungnya. Deformasi yang terjadi pada abutmen jembatan dapat berakibat terganggunya stabilitas dan bergerak ke arah sungai sehingga akan berpengaruh pada perletakan dan gelagar jembatan yang berada di atasnya. Berdasarkan pengamatan terhadap beberapa kasus deformasi abutmen jembatan, terdapat 2 (dua) tipe keruntuhan abutmen jembatan, yaitu:
1)  Abutmen jembatan terdorong bagian atasnya sehingga gelagar jembatan terdorong ke arah sungai.
2) Abutmen jembatan terdorong bagian bawahnya sehingga gelagar jembatan bertendensi untuk terlepas dari kedudukannya.
Untuk kasus abutmen jembatan terdorong bagian atasnya, hasil pengamatan menunjukkan keruntuhan timbunan akibat beban timbunan oprit jembatan ditambah beban lalulintas yang melebihi batas yang dapat didukung oleh abutmennya.
Sedangkan kasus terdorongnya abutmen jembatan bagian bawah terjadi akibat berkurangnya tahanan lateral yang mendukung beban oprit jembatan dan lalulintas. Dengan melihat pola ketidakstabilan abutmen jembatan tersebut, perlu dievaluasi dan dianalisis faktor penyebabnya yang sangat mempengaruhi karena kedua kondisi tersebut dapat terjadi, baik pada saat konstruksi selesai maupun pada saat masa pelayanannya.
Ketidakstabilan Timbunan Oprit dan Dampak yang Diakibatkan
Konsistensi tanah lunak yang diketahui mempunyai nilai daya dukung rendah dapat dilihat dari interpretasi hasil uji N-SPT dan Dutch Cone Penetrometer (Sondir). Dengan memperhatikan kondisi tersebut dapat diketahui bahwa tanah akan menimbulkan permasalahan stabilitas subgrade yang akan mempengaruhi konstruksi lapisan perkerasan yang berada di atasnya, dan stabilitas subgrade, yang berupa konstruksi timbunan, yang terganggu karena menurunnya Faktor Keamanan (FK) Global karena berada di atas tanah lunak yang sangat kompresibel dan mempunyai daya dukung rendah.
Permasalahan ketidakstabilan timbunan oprit jembatan ini berdampak sangat besar karena umumnya dibangun dengan ketinggian yang dirancang untuk dapat mengakomodasi lalulintas yang lewat di bawahnya. Kemantapan timbunan oprit sebagai bagian infrastruktur jalan dan jembatan perlu diimplementasikan berdasarkan analisis dan evaluasi yang hasilnya dapat memenuhi persyaratan dalam mengadopsi lalulintas tanpa suatu kendala. Dampak yang berasal dari ketidakstabilan timbunan oprit jembatan dapat dilihat pada kejadian-kejadian berikut:
Terjadi penurunan yang tiap tahun perlu di-rising atau di-overlay atau dilakukan penambahan lapisan beraspal sebagai wujud pemenuhan persyaratan standar pelayanan minimum bagi pengguna jalan, yaitu aman dan nyaman. Untuk kejadian penurunan timbunan oprit, agar memenuhi standar pelayanan minimum berlalulintas perlu dilakukan overlay.
Bila penurunan yang terjadi ini bertambah secara signifikan, baik secara cepat atau selama masa konstruksi maupun untuk waktu yang cukup lama atau selama masa pelayanan, akan berdampak pada struktur bangunan di sekitarnya. Tentunya dengan penambahan lapisan perkerasan untuk mewujudkan standar pelayanan minimum yang disyaratkan, akan berdampak terhadap menurunnya tingkat stabilitas timbunan oprit secara signifikan. Kecepatan penurunan timbunan oprit yang terjadi dapat dipengaruhi oleh tingkat konsistensi tanah lunak yang berada di bawahnya dan tinggi timbunan yang dibangun.
Ada 3 kejadian yang menunjukkan adanya gangguan terhadap stabilitas abutmen jembatan dengan mekanisme kejadian yang berbeda:
1)  Kasus ke satu adalah akibat beban timbunan oprit yang melebihi tinggi batasnya, yaitu tedorongnya bagian atas abutmen jembatan yang akan berdampak terhadap terdorongnya gelagar jembatan serta lantai jembatan. Kejadian yang umum untuk kasus ini disebabkan oleh tekanan horizontal aktif yang tidak mampu diimbangi oleh tekanan horizontal pasif akibat timbunan meningkat secara signifikan karena keberadaannya di atas tanah lunak yang tidak begitu tebal dan beban timbunan itu sendiri yang bertambah karena mengalami leveling dan kejenuhan, misalnya akibat banjir yang dapat naik sampai mendekati lantai jembatan.
2)  Kasus ke dua akibat tinggi timbunan yang melebihi tinggi kritisnya yang ditopang oleh lapisan tanah lunak yang tebal sehingga berakibat terdorongnya bagian bawah abutmen jembatan yang diakibatkan karena hilangnya penahan lateral dan/atau bertambahnya daya dorong akibat beban timbunan di atas lapisan tanah lunak, Serta terdorongnya bangunan di sekitarnya dan terangkat tanah di kiri kanan timbunan oprit dan akibat dampak penurunan.
3)  Kasus ke tiga lebih banyak diakibatkan oleh berkurangnya tahanan lateral akibat perilaku sungai yang mengubah penampang sungai secara signifikan sehingga mengakibatkan degradasi dasar sungai, erosi tebing sungai, dan turbulensi yang terjadi di depan abutment karena terhambatnya arus sungai oleh material bongkahan yang berada di antara daerah aliran di bawah jembatan. Untuk kejadian ke tiga ini mekanisme keruntuhan abutmen jembatan yang umumnya tidak disertai terangkatnya tanah di sampingnya.
Stabilitas Timbunan Oprit Jembatan Terhadap Tingkat Kemantapan Abutment Dan Bangunan Sekitar
Dengan melihat kejadian di lapangan, dengan dikenalinya ada 3 kasus kejadian yang mengindikasikan dampak penurunan timbunan oprit secara nyata dan mempengaruhi stabilitas abutmennya, perlu di tinjau stabilitas globalnya. Bila untuk memenuhi standar pelayanan minimum lalulintas dilakukan overlay, perlu diperhatikan dampak yang ditimbulkan tersebut karena tidak hanya abutmen jembatan terganggu tetapi tiang pendukungnya juga mengalami deformasi.
Langkah yang perlu diperhatikan adalah dengan mengetahui keberadaan aluvial deposit. Selanjutnya dilakukan evaluasi terhadap sejarah terbentuk lapisan endapan sedimen ini dari proses terbentuknya Geology Batuan Dasar, proses transportasi, serta kondisi karakteristiknya. Yang terakhir adalah mempelajari kondisi geohidrologinya dan melakukan evaluasi dan analisis terhadap stabilitas timbunan oprit jembatan yang keberadaannya perlu memenuhi:
1)  Standar pelayanan minimum berlalulintas.
2) Stabilitas konstruksi timbunan oprit jembatan dengan memperhatikan:
a)  Kondisi lahan yang merupakan penyebaran tanah lunak dan gambut.
b) Kemampuan daya dukung tanah lunak dalam mendukung beban timbunan oprit yang tentunya harus memenuhi ketentuan persyaratan tinggi sehingga lalulintas yang melalui di bawah jembatan.
c)  Faktor Keamanan (FK) Global, baik diakibatkan berkurangnya tahanan lateral maupun bertambahnya gaya dorong yang disebabkan oleh beban timbunan.
d)  Kondisi lingkungan dan perilaku sungai secara historis.
Evaluasi dan analisis terhadap karakteristik tanah lunak atau gambut dilakukan berdasarkan hasil data investigasi geoteknik sehingga diperoleh informasi karakteristik stratifikasi tanah lunak atau gambut. Evaluasi dan analisis ini sangat penting karena mekanisme keruntuhan timbunan oprit yang dibangun di atas tanah lunak atau tanah gambut sangat berbeda. Pada stabilitas timbunan oprit yang dibangun di atas tanah lunak, umumnya berlaku penurunan konsolidasi yang dapat dimulai dari saat pelaksanaan konstruksi sampai dengan masa layannya.
Pada stabilitas timbunan oprit yang dibangun di atas tanah gambut umumnya akan mengalami keruntuhan pada masa konstruksi. Keadaan ini diakibatkan oleh karena tanah gambut umumnya sangat lunak dan kompresibilitasnya tinggi sampai dengan sangat tinggi, sehingga pada saat dibangun akan langsung mengalami penurunan, yang disebut penurunan langsung.
Hal lain lagi yang perlu diperhatikan adalah terjadinya keruntuhan yang berdampak pada terdeformasinya abutmen jembatan, yang dapat dikenali:
1)  Pada saat lapisan tanah lunak mengalami penurunan kuat geser secara signifikan selama masa proses konsolidasi sehingga keruntuhan timbunan juga terjadi.
2)  Pada saat lapisan tanah gambut mengalami penuruan kuat geser secara signifikan karena adanya beban timbunan oprit disaat yang sama waktu dibangun.
Metode Pemecahan Permasalahan Akibat Ketidakstabilan Timbunan Oprit
Sebagai penilaian awal stabilitas timbunan, Depkimpraswil4 (2002) memberikan rekomendasi untuk melakukan perhitungan tinggi kritis timbunan sebagai berikut:
1)  Menentukan dan mencari nilai kuat geser tak terdrainase (cu) rata-rata sampai kedalaman 5 meter atau setebal lapisan lempung lunak bila kurang dari 5 meter;
2)  Merencanakan material timbunan dengan mengambil berat isi (γ) tertentu yang sesuai dengan persyaratan tanah dasar sebagai daya dukung pondasi perkerasan jalan.
3)  Menghitung kemampuan tinggi timbunan maksimum yang aman dengan ketentuan sebagai berikut:
a)  Mengakomodasi beban material timbunan dengan nilai kepadatan sesuai dengan kondisi lapangan dan dapat bertambah bila mengalami penjenuhan, mengalami pertambahan lapisan, serta mengakomodasi beban lalulintas. Dengan memperhitungkan beban terhadap tegangan penutup (yang mempengaruhi gaya aktif horizontal). selanjutnya semua beban ini disebut adalah tegangan normal pada bidang keruntuhan (σ).
b)  Mengakomodasi tinggi batas minimum untuk lalulintas di bawah jembatan yang melaluinya, untuk sungai yang harus dapat dilalui kapal dan untuk jalan yang harus dapat dilalui kendaraan.
c)  Mengevaluasi tinggi timbunan batas dan dapat ditentukan dengan menghitung dan membandingkan terhadap rencana tinggi timbunan dengan persamaan tinggi timbunan batas.
Pada dunia konstruksi memang banyak sekali yang harus direncanakan sesuai dengan rujukan dan standar yang ada, pada pengerjaan proyek jembatan pun tidak hanya merencanakan dan mengerjkan konstruksi jembatan saja tetapi konstruksi oprit juga merupakan salah satunya yang harus direncanakan, seperti yang sudah saya paparkan diatas semuanya mengenai oprit dan dampak tidak stabil timbunan semoga menjadi referensi bagi saudara yang sedang menempuh pendidikan dan pengetahuan tamabahan ketika terjun ke lapangan. Mungsin demikian yang bisa saya jelaskan, sekian dan terimakasih.

0 komentar