Rekonstruksi Pemeliharaan Preservasi Dan Optimalisasi Perkerasan Jalan

March 20, 2018
Jalan merupakan salah satu moda transportasi terpenting di Indonesia yang merupakan bagian dari sistem logistik nasional yang berperan sebagai prasarana distribusi dan sekaligus pembentuk struktur ruang wilayah. Pemerintah bertanggungjawab dalam penyelenggaraan jalan (jalan nasional non-tol dan tol) dan mempertahankan jalan dalam kondisi mantap.

Tabel Total panjang jalan di Indonesia adalah:

Status Jalan Panjang (Km)
Jalan Nasional 40,017
Jalan Provinsi 46,486
Jalan Kabupaten 389,365
Total 482,868

Dasar Penyusunan Pemrograman Preservasi Jalan
Rekonstruksi Pemeliharaan Preservasi Dan Optimalisasi Perkerasan Jalan
Preservasi Jalan adalah manajemen asset dengan melakukan kegiatan pemeliharaan, rehabilitasi dan rekonstruksi. Program preservasi jalan didasarkan memperhatikan perundangan yang berlaku diantaranya berikut ini:
  1) Permen PU No.13/PRT/M/2011 tentang Tata Cara Pemeliharaan dan Penilikan Jalan.
2) Permen PU No.19/PRT/M/2011 tentang Persyaratan Teknis Jalan dan Kriteria Perencanaan Teknis Jalan.
3)  Permen PUPR Nomor 13.1/PRT/M/2015 tentang Rencana Strategis Kementerian Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat Tahun 2015-2019.
Jenis Penanganan Preservasi Jalan (1/3)
Dibawah ini merupakan tabel dari jenis penanganan preservasi jalan, berikut datanya:

Jenis Penanganan Kegiatan
Pemeliharaan Rutin Pemeliharaan/pembersihan bahu jalan
Output: Pemeliharaan rutin/Rutin Kondisi Dilakukan pada ruas jalan yang dalam kondisi baik atau sedang
Pemeliharaan/pembersihan rumaja
Pemeliharaan sistem drainase
Pemeliharaan pemotongan tumbuhan/tanaman liar di dalam rumija
Pengisian celah/retak permukaan
Laburan aspal
Penambalan lubang
Pemeliharaan bangunan pelengkap
Pemeliharaan perlengkapan jalan
Grading operation untuk jalan tanpa penutup
Pemeliharaan Preventif Kegiatan
Dilakukan pada ruas jalan yang karena pengaruh cuaca / lalin mengalami kerusakan lebih luas sehingga perlu dilakukan pencegahan.
Pelapisan aspal tipis, termasuk diantaranya fog seal, chip seal, slurry seal, micro seal, dan SAMI.
Rehabilitasi Minor
Kegiatan
Dilakukan pada ruas jalan yang dalam kondisi rusak ringan
Pelapisan ulang (overlay)
Perbaikan bahu jalan
Pengasaran permukaan
Pengisian celah/retak permukaan
Perbaikan bangunan pelengkap
penggantian/perbaikan
perlengkapan jalan yang hilang/rusak
Pemarkaan ulang
Penambalan lubang
Penggarukan, penambahan untuk jalan tanpa penutup
Pemeliharaan/pembersihan rumaja
Rehabilitasi Major Kegiatan
Dilakukan pada ruas jalan yang dalam kondisi rusak ringan dan ruas jalan yang semula ditangani melalui pemeliharaan rutin namun karena suatu sebab mengalami kerusakan yang tidak diperhitungkan, yang berakibat menurunya kondisi menjadi kondisi rusak ringan.
Pemeliharaan/pembersihan rumaja
Pengkerikilan kembali untuk jalan tanpa penutup
Pemarkaan
Perbaikan/pembuatan drainase
Pekerjaan struktur perkerasan
Penyiapan tanah dasar
Pekerjaan galian/timbunan
Penanganan tanggap darurat •
Penggantian dowel
Penambalan lubang
Perbaikan/penggantian perlengkapan jalan
Perbaikan bangunan pelengkap
Perbaikan bahu jalan
Pelapisan ulang
Rekonstruksi Kegiatan
Dilakukan pada ruas jalan dengn kondisi rusak berat Perbaikan seluruh struktur perkerasan, drainase, bahu jalan, tebing, dan talud.
Peningkatan kekuatan struktur berupa pelapisan ulang perkerasan dan bahu jalan sesuai umur rencananya kembali
Perbaikan perlengkapan jalan
Perbaikan bangunan pelengkap
Pemeliharaan/pembersihan rumaja.
Pelebaran Menuju Standar
Kegiatan melebarkan badan jalan menuju standar sesuai dengan spesifikasinya (jalan raya/jalan sedang/jalan kecil) dengan merekonstrusi jalan eksisting.

Konsep Penanganan Jalan dengan Skema Long Segment
Long Segment merupakan penanganan preservasi jalan dalam batasan satu panjang segmen yang menerus (bisa lebih dari satu ruas) yang dilaksanakan dengan tujuan untuk mendapatkan kondisi jalan yang seragam yaitu jalan mantap dan standar.
Long Segment menerapkan indikator kinerja terhadap komponen jalan, diantaranya:
1)   Pendekatan dalam “delivery system” pelaksanaan preservasi jalan
2)   Adanya sharing dengan pihak Penyedia Jasa dalam pelaksanaan manajemen asset terutama dalam pekerjaan pemeliharaan jalan.
3)  Menciptakan proyek dengan nilai cukup besar untuk meningkatkan kemampuan Penyedia Jasa dalam investasi alat dan personil.
Optimalisasi Pemeliharaan Jalan
Jalan rendah pemeliharaan merupakan suatu teknologi perkerasan dgnbiaya pemeliharaan yg rendah, meskipun biaya awalnya mungkin cukup tinggi, tetapi dalam jangka panjang biaya totalnya (life-cycle cost) akan menjadi rendah dibandingkan dengan perkerasan konvensional.
Lebih jauh, kebijakan preservasi jalan harus diutamakan, yaitu dengan cara mengerjakan pemelihara-an rutin (fungsional) secara tepat waktu, dan menunda, jika terpaksa, pekerjaan overlay/rekonstruksi (struktural) yang mahal secara efektif (yaitu tepat umur rencana) sampai anggaran yang diperlukan tersedia.
Faktor Utama Penyebab kerusakan Jalan
1)   Air Hujan dan Air Tanah (pengaruh banjir hrs dicegah, perlu investigasi lebih rinci)
2)   Beban Kendaraan Berlebih (Overloading)
3)   Kwalitas Pekerjaan - jenis & kadar aspal, suhu pengerjaan aspal, kepadatan, jenis dan gradasi agregat, - kadar air dan kepadatan tanah dasar.
4)   Lingkungan (suhu perkerasan jalan, musim, macet, oksidasi).
5) Strategi Pemeliharaan (biaya konstruksi murah, namun total biaya konstruksi tinggi).
Perkembangan Konsep Desain Struktur Perkerasan
Konsep desain struktur perkerasan jalan telah mengalami 4 (empat) tahapan perkembangan secara signifikan:
1)   Pendekatan desain berdasarkan pengalaman (contoh: perkerasan telford).
2)   Pendekatan desain secara empiris dgn menggunakan nilai ITP.
3) Pendekatan desain secara mekanistik melalui perhitungan respon struktur perkerasan terhadap beban roda kendaraan (nilai tegangan, regangan dan lendutan).
4)  Pendekatan desain umur-layan panjang (perpetual) dimana kerusakan struktur perkerasan dirancang agar kerusakan hanya terjadi pd lapisan permukaan atau lapis beraspal saja.
Metoda Desain Struktur Perkerasan (Design Code)
Desain Konstruksi Jalan Baru/Rekonstruksi:
1)   Pedoman Pd T-01-2002-B Perancangan Tebal Perkerasan Lentur (metoda empiris)
2) Manual 02/M/BM/2013 Manual Desain Perkerasan Jalan – Bagian I (metoda mekanistik).
Desain Lapisan Tambahan (Overlay):
1)  Pedoman Pd T-05-2005-B Pedoman Perencanaan Tebal Lapis Tambah Perkerasan Lentur dengan Metoda Lendutan (metoda empiris)
2) Manual 02/M/BM/2013 Manual Desain Perkerasan Jalan – Bagian II (metoda pseudo-mekanistik)
Masalah Dengan Struktur Perkerasan Telford
1) Pada umumnya, masalah yang seringkali dijumpai pada struktur perkerasan telford, adalah sebagai berikut:
2)  Struktur perkerasan telford sangat lentur (modulus tanah dasar rendah), dengan atau tanpa fasilitas sub-drain yang memadai.
3)   Tidak cocok untuk beban lalu lintas yang berat.
4) Pergeseran yang terjadi di antara batuan telford berdampak besar pada permukaan jalan.
5) Usulan alternatif solusi yg dapat ditawarkan umumnya sangat mahal, apakah dengan pekerjaan rekonstruksi atau dengan penggunaan geotextile di bawah lapisan deep overlay.
Ketentuan Umur Rencana Dalam MDPJ
Tabel MDPJ

Jenis Perkerasan Elemen Perkerasan Umur Rencana (Tahun)
Perkerasan Lentur Lapisan aspal dan lapisan berbutir dan CTB 20
Pondasi jalan 40
Semua lapisan perkerasan untuk area yang tidak diijinkan sering ditinggikan akibat pelapisan ulang, misalnya, jalan perkotaan, underpass, jembatan dan terowongan
Cement treated based
Perkerasan Kaku Lapis pondasi atas, lapis pondasi bawah, lapis betin segmen, dan pondasi jalan
Jalan tanpa penutup Semua elemen Minimum 10

Evaluasi Kwalitas Hasil Pekerjaan Konstruksi
Teknik pengukuran kinerja struktur perkerasan selama pelaksanaan pekerjaan konstruksi:
1)  Kontrol kepadatan tanah dasar; dilanjutkan dengan pengukuran modulus tanah dasar dengan menggunakan alat DCP atau LWD.
2)   Kontrol gradasi untuk lapisan agregat.
3) Kontrol kadar aspal, gradasi agregat, temperatur pemadatan dan kepadatan lapisan campuran beraspal.
4)   Evaluasi ketebalan lapisan perkerasan dengan menggunakan alat GPR.
5)   Evaluasi kinerja struktur perkerasan terbangun dengan menggunakan alat FWD.
Evaluasi Kondisi Struktur Perkerasan
Teknik pengukuran kinerja struktur perkerasan yang sudah umum dilakukan:
1)   Pengukuran IRI.
2) Pengukuran kerusakan permukaan dengan menggunakan mobil survai jalan, bandingkan dengan kerusakan yang ada, misalnya model HDM-4.
3)   Pengukuran Lendutan dengan alat FWD (atau Benkelman Beam), yang dilanjutkan dengan proses backcalculation untuk evaluasi kondisi struktural perkerasan.
4) Survei volume dan beban lalu lintas secara sistematis dan terjadwal, serta didukung dengan penyimpanan data ke dalam database.
Sistem Manajemen Perkerasan
Indonesia telah memiliki berbagai PMS, sebagai berikut:
1)   IRMS (Inter-Urban Road Management System)
2)   URMS (Urban Road Management System)
3)   Toll Road MMS (Maintenenace Management System)
4)   SK-77 (PMS untuk jalan kabupaten)
Meskipun demikian, efektifitas implementasinya masih sangat perlu dibuat konsisten dan berkelanjutan. PMS ini pada prinsipnya lebih baik dari HDM-4, karena masing2 PMS ini sudah dilengkapi dengan database.
Solusi Dari Penulis
Usulan solusi untuk menghasilkan pemeliharaan jalan yang optimum:
1)   Evaluasi kwalitas/kinerja hasil pekerjaan konstruksi perkerasan secara terukur.
2) Pengadaan program komputer untuk desain dan evaluasi kondisi struktur perkerasan yang tersedia di portal web Ditjen. Bina Marga.
3) Kerjasama penelitian dasar dan penelitian terapan tentang struktur perkerasan dengan badan riset dan perguruan tinggi.
4) Pengembangan manual desain struktur perkerasan oleh dan untuk masing2 wilayah.

0 komentar