Konsep Dasar Beton Prategang

October 23, 2017
Beton merupakan material yang kuat dalam kondisi tekan, tetapi lemah dalam kondisi tarik. Kuat tariknya bervariasi dari 8 % sampai 14 % dari kuat tekannya. Karena rendahnya kapasitas tarik tersebut, maka retak lentur terjadi pada taraf pembebananyang masih rendah. Untuk mengurangi atau mencegah berkembangnya retak tersebut, gaya konsentris atau eksentris diberikan dalam arah longitudinal elemen struktural.
Gaya ini mencegah berkembangnya retak dengan cara mengeliminasi atau sangat mengurangi tegangan tarik di bagian tumpuan dan daerah kritis pada kondisi beban kerja sehingga dapat meningkatkan kapasitas lentur, geser dan torsional penampang tersebut.
Penampang dapat berperilaku elastis dan hampir semua kapasitas beton dalam memikul tekan dapat secara efektif dimanfaatkan di seluruh tinggi penampang beton pada saat semua beban bekerja di struktur tersebut.
Gaya longitudinal tersebut disebut gaya prategang, yaitu gaya tekan yang memberikan prategang pada penampang di sepanjang bentang suatu elemen struktural sebelum bekerjanya beban mati dan beban hidup transversal atau beban hidup horizontal transien.
Gaya prategang ini berupa tendon yang diberikan tegangan awal sebelum memikul beban kerjanya yang berfungsi mengurangi atau menghilangkan tegangan tarik pada saat beton mengalami beban kerja, menggantikan tulangan tarik pada struktur beton bertulang biasa.
Konsep Dasar Beton Prategang
Konsep Dasar Beton Prategang/metode pratarik dan pascatarik
Metode Pratarik & Pascatarik
Beton prategang adalah jenis beton dimana tulangan bajanya ditarik/ditegangkan terhadap betonnya. Penarikan ini menghasilkan system kesetimbangan pada tegangan dalam (tarik pada baja dan tekan pada beton) yang akan meningkatkan kemampuan beton menahan beban luar.
Karena beton cukup kuat dan daktail terhadap tekan dan sebaliknya lemah serta rapuh terhadap tarikan maka kemampuan menahan beban luar dapat ditingkatkan dengan pemberian pratekan (Collins & Mitchell, 1991).
Sedangkan menurut komisi ACI, beton prategang adalah beton yang mengalami tegangan dalam dengan besar dan distribusi sedemikian rupa sehingga dapat mengimbangi sampai batas tertentu tegangan yang terjadi akibat beban luar. Pada elemen beton bertulang, system prategang dilakukan dengan menarik tulangannya.
Beton prategang adalah material yang sangat banyak digunakan dalam konstruksi. Beton prategang pada dasarnya adalah beton di mana tegangan-tegangan internal dengan besar serta distribusi yang sesuai diberikan sedemikian rupa sehingga tegangan-tegangan yang diakibatkan oleh beban-beban luar dilawan sampai suatu tingkat yang diinginkan.
Pada beton bertulang, prategang pada umumnya diberikan dengan menarik baja tulangan. Gaya tekan disebabkan oleh reaksi baja tulangan yang ditarik, mengakibatkan berkurangnya retak, elemen beton prategang akan jauh lebih kokoh dari elemen beton bertulang biasa. Prategangan juga menyebabkan gaya dalam yang berlawanan dengan gaya luar dan mengurangi atau bahkan menghilangkan lendutan secara signifikan pada struktur.
Beton yang digunakan dalam beton prategang adalah beton yang mempunyai kuat tekan yang cukup tinggi dengan nilai f’c min K-300, modulus elastis yang tinggi dan mengalami rangkak ultimate yang lebih kecil yang menghasilkan kehilangan prategangan yang lebih kecil pada baja. Kuat tekan yang tinggi ini diperlukan untuk menahan tegangan tekan pada serat tertekan, pengangkuran tendon, mencegah terjadinya keretakan.
Keuntungan penggunaan beton prategang adalah:
-        Dapat memikul beban lentur yang lebih besar dari beton bertulang.
-        Dapat dipakai pada bentang yang lebih panjang dengan mengatur defleksinya.
-        Ketahanan geser dan puntirnya bertambah dengan adanya penegangan
-  Dapat dipakai pada rekayasa konstruksi tertentu, misalnya pada konstruksi jembatan segmental.
Menurut T.Y. Lin dan Burns (1982), Ada tiga kosep dasar yang dipakai untuk menganalisis sifat-sifat dasar dari beton prategang, yaitu:
1)  Sistem prategang untuk mengubah beton menjadi bahan yang elastis
sistem prategang untuk mengubah beton menjadi bahan yang elastis. Ini merupakan buah pemikiran Eugene Freyssinet yang memvisualisasikan beton prategang pada dasarnya adalah beton yang ditransformasikan dari bahan yang getas menjadi bahan elastis dengan memberikan tekanan (desakan) terlebih dahulu (pratekan) pada bahan tersebut. Dari konsep ini lahirlah kriteria “tidak ada tegangan tarik” pada beton.
Dalam bentuk paling sederhana, balok persegi panjang yang diberikan prategang oleh sebuah tendon yang melalui sumbu yang melalui titik berat dan dibebani oleh gaya eksternal. Gaya tarik prategang P pada tendon menghasilkan gaya tekan P yang sama pada beton yang bekerja pada titik berat tendon. Pada keadaan ini gaya berada pada titik berat penampang beton. Akibat gaya prategang P, tegangan merata sebesar:
F = P/A
Dengan:    
P      = gaya prategang efektif
F       = tegangan satuan
A      = luas penampang
Akan timbul pada penampang seluas A. jika M adalah momen eksternal pada penampang akibat beban dan berat sendiri balok, maka tegangan pada setiap titik sepanjang penampang akibat M adalah:
F = (M × Y) / I
Dengan:    
f       = tegangan satuan
M      = momen pada penampang
Y      = jarak dari sumbu yang melalui titik berat
I       = momen inersia pada penampang
Jadi distribusi tegangan yang dihasilkan adalah:
F = (P / A) ± (M × Y) / I)
Di sini gaya resultan tekan P pada beton bekerja pada titik berat tendon yang berjarak e dari c.g.c. Akibat gaya prategang yang eksentris, beton dibebani oleh momen dan beban langsung. Jika momen yang dihasilkan oleh system prategang adalah P.e, dan tegangan-tegangan akibat momen ini adalah:
F = (P × e × y) / I
Dengan, e = eksentrisitas titik berat tendon dari c.g.c (mm)
maka, distribusi tegangan yang dihasilkan adalah:
F = P / A ± P . e . y / A ± M . y / I
F = P / A (1 ± e / k) ± M / Ak
2)  Sistem prategang untuk kombinasi baja mutu tinggi dengan beton mutu tinggi
Sistem prategang untuk kombinasi baja mutu tinggi dengan beton. Konsep ini mempertimbangkan beton prategang sebagai kombinasi (gabungan) dari baja dan beton, seperti pada beton bertulang, dimana baja menahan tarikan dan beton menahan tekanan, dengan demikian kedua bahan membentuk kopel penahan untuk melawan momen eksternal.
Pada beton prategang, baja mutu tinggi ditanam pada beton, seperti pada beton bertulang biasa, beton di sekitarnya akan menjadi retak berat sebelum seluruh kekuatan baja digunakan. Oleh karena itu, baja perlu ditarik sebelumnya (pratarik) terhadap beton. Dengan menarik dan menjangkarkan ke beton dihasilkan tegangan dan regangan pada baja.
Kombinasi ini memungkinkan pemakaian yang aman dan ekonomis dari kedua bahan dimana hal ini tidak dapat dicapai jika baja hanya ditanamkan dalam bentuk seperti pada beton bertulang biasa.
3)  Sistem Prategang untuk mencapai keseimbangan beban
Sistem prategang untuk mencapai keseimbangan beban. Konsep ini terutama menggunakan prategang sebagai suatu usaha untuk membuat keseimbangan gaya-gaya pada sebuah balok. Penerapan dari konsep ini menganggap beton diambil sebagai benda bebas dan menggantikan tendon dengan gaya-gaya yang bekerja pada sepanjang beton.
Suatu balok beton di atas dua perletakan (simple beam) yang diberi gaya prategang F melalui suatu kabel prategang dengan lintasan parabola. Beban akibat gaya prategang yang terdistribusi secara merata ke arah atas dinyatakan:
Wb    = (8.F.h)/L²
Dimana:
w_b   = Beban merata kearah atas, akibat gaya prategang F
H      = Tinggi parabola lintasan kabel prategang
L       = Bentangan Balok
F       = Gaya prategang
Jadi beban merata akibat beban (mengarah ke bawah) diimbangi oleh gaya merata akibat prategang w_b yang mengarah ke atas.
Sistem Prategang dan Pengangkuran
System beton prategang sesungguhnya adalah cara menegangkan atau menarik baja yang dikombinasikan dengan cara mengangkurkannnya ke beton, termasuk barangkali beberapa rincian lain mengenai operasi atau cara kerjanya. Tekanan pada beton prategang yang di akibatkan dari penegangan tendon di bedakan menjadi dua system prategang, yaitu:
1)  Pratarik (Pre-Tensioning)
Pada sistem penegangan pratarik, sebelum beton dicor, baja pratarik terlebih dahulu ditarik diantara dua dinding penahan dan diangkurkan pada ujung-ujung pelataran kerja. Kemudian beton dicor dan setelah benar-benar mengeras (mencapai kekuatan beton yang diinginkan), kabel-kabel diputuskan dari dinding penahan, sehingga gaya prategang dipindahkan pada beton.
Tahap (A):
Kabel (tendon) prategang ditarik atau diberi gaya prategang kemudian diangker pada suatu abutment tetap.
Tahap (B):
Beton dicor pada cetakan (formwork) dan landasan yang sudah disediakan sedemikian sehingga melingkupi tendon yang sudah diberi gaya prategang dan dibiarkan mengering.
Tahap (C):
Setelah beton mongering dan cukup umur dan kuat untuk menerima gaya prategang, tendon dipotong dan dilepas, sehingga gaya prategang ditransfer ke beton.
Setelah gaya prategang ditransfer ke beton, balok beton tersebut akan melengkung ke atas sebelum menerima beban kerja. Setelah beban kerja bekerja, maka balok beton tersebut akan rata.
2)  Pasca tarik (post-tensioning)
Pada metode pascatarik, beton dicor terlebih dahulu, dimana sebelumnya telah disiapkan saluran kabel atau tendon yang disebut duct.
Tahap (A):       
Dengan cetakan (formwork) yang telah disediakan lengkap dengan saluran/selongsong kabel prategang (tendon duct) yang dipasang melengkung sesuai bisang momen balok, beton dicor.
Tahap (B):
Setelah beton cukup umur dan kuat memikul gaya prategang, tendon atau kabel prategang dimasukkan dalam selongsong (tendon duct), kemudian ditarik untuk mendapat gaya prategang. Metode pemberian gaya prategang ini, salah satu ujung kabel diangker, kemudian ujung lainnya ditarik (ditarik dari satu sisi). Ada pula yang ditarik di kedua sisinya dan diangker secara bersamaan. Setelah diangkur, kemudian saluran di grouting melalui lubang yang telah disediakan.
Tahap (C):
Setelah diangkur, balok beton menjadi tertekan, jadi gaya prategang telah ditransfer ke beton. Karena tendon dipasang melengkung, maka akibat gaya prategang tendon memberikan beban merata ke balok yang arahnya ke atas, akibatnya balok melengkung ke atas.
Karena alasan transportasi dari pabrik beton ke lokasi proyek, maka biasanya beton prategang dengan sistem post-tension ini dilaksanakan secara segmental (balok dibagi-bagi, misalnya dengan panjang 1 – 5 m), kemudian pemberian gaya prategang dilaksanakan di lokasi proyek, setelah balok segmental tersebut dirangkai.
Material Beton Prategang
Beton Prategang memerlukan beton yang mempunyai kekuatan tekan yang lebih tinggi pada usia yang cukup muda, dengan kekuatan tarik yang lebih tinggi dibandingkan dengan beton biasa. Susut yang rendah, karakteristik rangkak minimum dan nilai modulus yang tinggi pada umumnya dianggap perlu untuk batang prategang.
Kuat tekan yang digunakan adalah kuat tekan kubus 28 hari minimum yang ditentukan dalam peraturan I.S. adalah 40 N/mm2 untuk batang pratarik dan 30 N/mm2 untuk batang pascatarik (N Krishna Raju, Beton Prategang Edisi Kedua, 1993). Kuat tekan yang tinggi ini diperlukan untuk menahan tegangan tekan pada serat tertekan, pengangkuran tendon, mencegah terjadinya keretakan.
Pemakaian beton berkekuatan tinggi dapat memperkecil dimensi penampang melintang unsur-unsur struktural beton prategang. Dengan berkurangnya berat mati material, maka secara teknis maupun ekonomis bentang yang lebih panjang dapat dilakukan.
Baja Mutu Tinggi
Baja mutu tinggi merupakan bahan yang umum digunakan untuk menghasilkan gaya prategang dan mensuplai gaya tarik pada beton prategang. Pemakaian baja mutu tinggi ini dikarenakan tingginya kehilangan rangkak dan susut pada beton. Untuk mendapatkan prategang efektif hanya dapat dicapai mengunakan baja mutu tinggi.  Tipe baja yang dipakai untuk beton prategang dalam prakteknya ada tiga macam, yaitu:
1)   Kawat tunggal (wires), biasanya digunakan untuk baja prategang pada beton prategang dengan sistem pratarik (pre-tension).
2)   Kawat untaian (strand), biasanya digunakan untuk baja prategang pada beton prategang dengan sistem pasca tarik (post-tension).
3)   Kawat batangan (bar), biasanya digunakan untuk baja prategang pada beton prategang dengan sistem pratarik (pre-tension).
Untaian kawat (strand) untuk system prategang umumnya disesuaikan dengan spesifikasi ASTM A-416. Yang digunakan adalah dua derajat, 1274 MPa dan 1860 MPa, dimana kata “derajat” menunjukan tegangan putus minimum yang dijamin. Pada tabel di bawah akan ditunjukkan tipikal baja yang biasa untuk digunakan.

Table Strand stress relieved Standar dengan Tujuh kawat tanpa pelapis (ASTM-416)

Diameter nominal Kekuatan Putus Luas Nominal Strand Beban Minimum Pada Pemuaian 1%
inchi mm kN mm2 kN
Derajat 250 (1720 MPa)
1/4 5,35 40 23,22 34
5/16 7,94 64,5 37,42 54,7
3/8 9,53 89 51,61 75,6
7/16 11,11 120,1 69,68 102,3
1/2 12,7 160,1 92,9 136,2
3/5 15,2 240,2 139,35 204,2
Derajat 270 (1860 Mpa)
3/8 9,53 102,3 58,84 87
7/16 11,11 137,9 74,19 117,2
1/2 12,70 183,7 98,71 156,1
3/5 15,24 260,7 140 221,5

Saya kira selesai semuanya pada tulisan ini, untuk yang berikutnya tulisan “kehilangan gaya prategang” akan saya posting dan semoga berguna, terimaksih.

0 komentar