Deskripsi Pembebanan Pada Gedung

October 22, 2017
Beban yang bekerja pada suatu struktur ditimbulkan scara langsung oleh gaya-gaya alamiah dan manusia, dengan kata lain, terdapat dua sumber dasar beban bangunan: geofisik dan buatan manusia. Gaya-gaya geofisik yang dihasilkan oleh perubahan-perubahan yang senantiasa berlangsung di alam dapat dibagi menjadi gaya-gaya gravitasi, meteorology, dan seismologi. Karena gravitasi, maka berat bangunan itu sendiri akan menghasilkan gaya struktur yang dinamakan beban mati, dan beban ini akan tetap sepanjang usia bangunan.
Perubahan dalam penggunaan bangunan akan tunduk pada efek gravitasi sehingga akan menghasilkan perbedaan pembebanan sepanjang waktu tertentu. Beban meteorology berubah menurut waktu dan tempat serta tampil berwujud angin, suhu, kelembaban, hujan, salju, dan es. Gaya-gaya seismologi dihasilkan oleh gerak tanah yang tidak teratur, seperti gempa.
Pembebanan yang sumbernya buatan manusia dapat berupa ragam kejutan yang ditimbulkan oleh kendaraan bermotor, elevator (lift), mesin, dan sebagainya, atau dapat pula oleh pergerakan manusia dan barang, ataupun akibat ledakan dan benturan.
Dalam melakukan analisis desain suatu strktur, perlu ada gambaran yang jelas mengenai perilaku dan besar beban yang bekerja pada struktur. Hal penting yang mendasar adalah pemisahan antara beban-beban yang bersifat statis dan dinamis. Gaya statis adalah gaya yang bekerja secara perlahan-lahan pada struktur dan mempunai karakter steady-state.
Deformasi resultan pada struktur yang di asosiasikan dengan gaya-gaya ini juga secara perlahan-lahan timbul dan juga mempunyai karakter steady-state. Deformasi ini akan mencapai puncaknya apabila gaya statis telah maksimum. Gaya dinamis adalah gaya yang bekerja secara tiba-tiba pada struktur.
Pada umumnya tidak bersifat steady-state dan mempunyai karakteristik besar dan lokasinya berubah dengan cepat. Deformasi pada struktur akibat beban ini juga berubah-ubah dengan cepat. Gaya dinamis dapat menyebabkan terjadinya osilasi pada struktur sehingga deformaasi puncak tidak terjadi bersamaan dengan terjadinya gaya terbesar.
Dalam perencanaan suatu struktur bangunan, sebaiknya mengikuti peraturan-peraturan pembebanan yang berlaku untuk mendapatkan suatu struktur bangunan yang mampu menahan beban-beban yang bekerja pada struktur tersebut. Secara umum beban-beban yang harus diperhitungkan dalam perancangan suatu struktur bangunan adalah sebagai berikut:
Deskripsi Pembebanan
Deskripsi Pembebanan Pada Gedung
Pembebanan Gedung & Peta Gempa Indonesia
Dalam perencanaan suatu struktur bangunan harus memenuhi peraturan-peraturan yang berlaku untuk mendapatkan suatu struktur bangunan yang aman secara konstruksi. Struktur bangunan yang direncanakan harus mampu menahan beban mati, beban hidup dan beban gempa yang bekerja pada struktur bangunan tersebut. Menurut Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung 1989, pengertian dari beban-beban tersebut adalah seperti yang tercantum di bawah.
Beban-beban yang bekerja pada struktur bangunan ini adalah sebagai berikut:
1)  Beban Mati
Beban mati adalah berat dari semua bagian dari suatu gedung yang bersifat tetap termasuk segala unsur tambahan penyelsaian-penyelsaian,mesin-mesin serta peralatan tetap yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari gedung itu.Informasi mengenai erat satuan berbagai material yang sering digunakan pada bangunan untuk perhitungan beban mati dicantumkan sebagai berikut:

Tabel Beberapa intensitas beban mati:

Material Gedung Berat (kg/m3)
Baja 7850
Batu alam 2600
Batu belah, batu bulat, batu gunung (berat teumpuk) 1500
Batu karang (berat tumpuk) 700
Batu pecah 1450
Besi tuang 7250
Beton (1) 2200
Beton Bertulang (2) 2400
Kayu (kelas I) (3) 1000
Kerikil, koral (kering udara sampai lembab, tanpa diayak) 1650
Pasangan bata merah 1700
Pasangan batu belah, batu bulat, batu gunung 2200
Pasangan batu cetak 2200
Pasangan batu karang 1450
Pasir (kering udara sampai lembab) 1600
Pasir (jenuh air) 1800
Pasir kerikil, koral (kering udara sampai lembab) 1850
Tanah lempung dan lanau (kering udara sampai lembab) 1700
Tanah lempung dan lanau (basah) 2000
Timah hitam 11400
Komponen Gedung Kg/m2
Adukan per cm tebal
Dari semen 21
Dari kapur, semen merah atau tras 17
Aspal, termasuk bhan-bahan mineral penambah, per cm tebal 14
Dinding pasangan bata merah
Satu bata 450
Setengah bata 250
Dinding pasangan batako
Berlubang:
Tebal dinding 20 cm (HB 20) 200
Tebal dinding 10 cm (HB 10) 120
Tanpa Lubang:
Tebal dinding 15 cm 300
Tebal dinding 10 cm 200
Langit-langit dan dinding (termasuk rusuk-rusuknya tanpa penggantung langit-langit atau pengaku), terdiri dari:
Semen asbes (eternit dan bahan lain sejenis), dengan tebal maksimum 4 mm 11
Kaca, dengan tebal 3 – 5 mm 10
Lantai kayu sederhana dengan balok kayu, tanpa langit-langit dengan bentang maksimum 5 m dan untuk beban hidup maksimum 200 kg/m2 40
Penggantung langit-langit (dari kayu), dengan bentang maksimum 5 m dan jarak s.k.s. minimum 0,80 m 7
Penutup atap genting dengan reng dan usuk/kaso per m2 bidang atap 50
Penutup atas sirap dengan reng dan usuk/kaso, per m2 bidang atap 40
Penutup atap seng gelombang (BJLS-25) tanpa gordeng 10
Penutup lantai dari ubin semen, teraso dan beton, tanpa adukan, per cm tebal 24
Semen asbes gelombang (tebal 5 mm)
Penutup atap genting dengan reng dan usuk/kaso per m2 bidang atap 11

2)  Beban Hidup
Beban hidup adalah beban-beban yang bisa ada atau tidak ada pada struktur untuk suatu waktu yang diberikan. Meskipun dapat berpindah-pindah, beban hidup masih bisa dikatakan bekerja secara perlahan-lahan pada struktur.
Beban pengguna (occupancy loads) adalah beban hidup. Yang termasuk kedalam beban pengguna adalah berat manusia, perabot, material yang disimpan, dan sebagainya. Beban salju juga termasuk kedalam beban hidup. Semua beban hidup mempunyai karakteristik dapat pindah atau bergerak. Secara khas beban ini bekerja vertikal ke bawah, tetapi kadang-kadang dapat berarah horizontal.
Beban hidup aktual pada struktur pada sembarang waktu pada umumnya lebih kecil daripada besar beban yang dirancang pada struktur. Akan tetapi, pada suatu waktu besar kemungkinan beban yang bekerja itu sama dengan beban rencan pada struktur.
Tabel Beberapa intensitas beban hidup:

Beban Hidup Berat (Kg/m3)
Lantai dan tangga rumah tinggal, kecuali yang disebut dalam b 200
Lantai dan tangga rumah tinggal sederhana dan gudang-gudang tidak penting yang bukan untu toko, pabrik atau bengkel 125
Lantai sekolah, ruang kuliah, kantor, toko, toserba, restoran, hotel, asrama dan rumah sakit 250
Lantai ruang olahraga 400
Lantai ruang dansa 500
Lantai dan balkon dalam dari ruang-ruang untuk pertemuan yang lain daripada yang disebut dalam a s/d e, seperti mesjid, gereja, ruang pagelaran, ruang rapat, bioskop dan panggung penonton dengen tempat duduk tetap 400
Panggung penonton dengan tempat duduk tidak tetap atau untuk penonton yang berdiri 500
Tangga, bordes tangga dan gang dari yang disebut dalam c 300
Tangga, bordes tangga dan gang dari yang disebut dalam d, e, f dan g 500
Lantai ruang pelengkap dari yang disebut dalam c, d, e, f dan g 250
Lantai untuk pabrik, bengkel, gudang, perpustakaan, ruang arsip, toko buku, toko besi, ruang alat-alat dan ruang mesin, harus direncanakan terhadap beban hidup yang ditentukan tersendiri, dengan minimum 400
Lantai Gedung Parkir Bertingkat
Untuk lantai bawah 800
Untuk lantai tingkat lainnya 400
Balkon-balkon yang menjorok bebas keluar harus direncanakan terhadap beban hidup dari lantai ruang yang berbatasan 300

3)  Beban Gempa
Beban Gempa adalah semua beban statik ekivalen yang bekerja pada gedung yang menirukan pengaruh dari gerakan tanah akibat gempa tersebut. Pada saat bangunan bergetar, timbul gaya-gaya pada struktur bangunan karena adanya kecenderungan massa bangunan untuk mempertahankan dirinya dari gerakan.
Gaya yang timbul ini disebut inersia. Besar gaya-gaya tersebut bergantung pada banyak faktor. Massa bangunan merupakan faktor yang paling utama karena gaya tersebut melibatkan inersia. Faktor lain adalah bagaimana massa tersebut terdistribusi, kekakuan struktur, kekakuan tanah, jenis fondasi, adanya mekanisme redaman pada bangunan, dan tentu saja perilaku dan besar getaran itu sendiri.
Yang terakhir ini sulit ditentukan secara tepat karena sifatnya yang acak (random) sekalipun kadangkala dapat juga tertentu. Geraskan yang diakibatkan tersebut berperilaku tiga dimensi, gerakan tanah horizontal biasanya merupakan bentuk terpenting dalam tinjauan desain struktural.
Massa dan kekakuan struktur, juga periode alami getaran yag berkaitan, merupakan faktor terpenting, yang mempengaruhi respon keseluruhan struktur terhadap gerakan dan besar serta perilaku gaya-gaya yang timbul sebagai akibat gerakan tersebut.
Salah satu cara untuk memahami fenomena-fenomena yang terlibat dapat ditinjau terlebih dahulu bagaimana suatu struktur kaku memberikan respon terhadap gerak getaran sederhana, struktur mempunyai fleksibilitas seperti umumnya struktur gedung.
Indonesia ditetapkan terbagi dalam 6 wilayah gempa saperti yang ditunjukan gambar 1, dimana wilayah gempa 1 adalah wilayah dengan kegempaan paling rendah dan wilayah 6 adalah wilayah kegempaan paling tinggi.
Dalam hal pembebanan gempa, penentuan lokasi akan berpengaruh terhadap perhitungan beban gempa. Perencanaan struktur gedung di wilayah gempa 1 dan 6 akan sangat jauh berbeda.
Faktor respon gempa ditunjukan pada gambar 2 SNI-03-1726-2002.Dalam gambar tersebut C adalah faktor respons gempa dinyatakan dalam percepatan gravitasi dan T adalah waktu getar alami struktur gedung yang dinyatakan dalam detik.
Struktur gedung beraturan dapat direncanakan terhadap pembebanan gempa nominal akibat pengaruh gempa rencana dalam arah masing-masing sumbu utama denah struktur tersebut, berupa beban gempa nominal statik ekuivalen yang ditetapkan pasal 6 SNI-1726-2002.
Beban gempa di dapat dari hasil perhitungan gaya geser dasar nominal V yang diperoleh dari rumus:
V = C x I x W/R
Dimana:
V = gaya geser dasar nominal
C = faktor respons gempa
I = faktor keutamaan gedung
W = berat total gedung termasuk beban hiup yang bekerja
R = faktor reduksi gempa
Gaya geser dasar nominal V ini harus di distribusikan sepanjang tinggi struktur gedung menjadi beban-beban gempa nominal statik ekuivalen Fi yang bekerja pada pusat massa lantai tingkat ke-i menurut persamaan:
Fi = (Wi . Zi) / (sigma Wi . zi) × V
Dimana:
Fi      = gempa nominal statik ekuivalen
Wi     = berat lantai tingkat ke-i termasuk beban hidup
Zi      = ketinggian lantai tingkat ke-i diukur dari taraf penjepitan lateral
V      = gaya geser dasar nominal
4)  Beban Angin
Beban Angin adalah semua beban yang bekerja pada gedung atau bagian gedung yang disebabkan oleh selisih dalam tekanan udara (kg/m2). Struktur yang ada pada lintasan angin akan menyebabkan angin berbelok atau dapat berhenti.
Sebagai akibatnya, energi kinetik angin akan berubah bentuk menjadi energi potensial yang berupa tekanan atau isapan pada struktur. Besar tekanan atau isapan yang diakibatkan oleh angin pada suatu titik bergantung pada kecepatan angin, rapat massa udara, lokasi yang ditinjau pada struktur, perilaku permukaan struktur, bentuk geometris, dimensi dan orientasi struktur, dan kelakuan keseluruhan struktur.
Beban Angin ditentukan dengan menganggap adanya tekanan positif dan tekanan negatif (hisapan), yang bekerja tegak lurus pada bidang yang ditinjau. Besarnya tekanan positif dan negatif yang dinyatakan dalam kg/m2 ini ditentukan dengan mengalikan tekanan tiup dengan koefisien-koefisien angin.
Tekan tiup harus diambil minimum 25 kg/m2, kecuali untuk daerah di laut dan di tepi laut sampai sejauh 5 km dari tepi pantai. Pada daerah tersebut tekanan hisap diambil minimum 40 kg/m2
Sedangkan koefisien angin untuk gedung tertutup:
1)   Dinding Vertikal
a)   Di pihak angin . . . . . . . . + 0,9
b)   Di belakang angin . . . . . . - 0,4
2)   Atap segitiga dengan sudut kemiringan
a)   Di pihak angin:  α < 65α . . . . . . 0,02 α - 0,4
65α < α < 90α . . . . . . + 0,9
b)   Di belakang angin, untuk semua α . . . . . . - 0,4
5)  Kombinasi Pembebanan
Pada perencanaan struktur, beban-beban yang ada harus dikombinasikan dengan faktor-faktor tertentu sehingga akan menghasilkan beban ultimate sebagai dasar perencanaan.
Kombinasi pembebanan yang ditetapkan pada analisis struktur adalah sebagai berikut:
a)   Kuat perlu U untuk menahan beban mati D paling tidak harus sama dengan:
U = 1,4D
Kuat perlu U untuk menahan beban mati D, beban hidup L, dan juga beban atap A atau beban hujan R, paling tidak harus sama dengan:
U = 1,2D + 1,6L + 0,5 (A atau R)
b)   Bila ketahanan struktur terhadap beban angin W harus diperhitungkan dalam perencanaan, maka pengaruh kombinasi beban D,L, dan W berikut harus ditinjau untuk menentukan U  yang terbesar, yaitu:
U = 1,2D + 1,0L ±1,6W + 0,5 (A atau R)
Kombinasi beban juga harus memperhitungkan kemungkinan beban hidup L yang penuh dan kosong untuk mendapatkan kondisi yang paling berbahaya, yaitu:
U = 0,9D ±1,6 W
c)   Bila ketahanan struktur terhadap beban gempa E harus diperhitungkan dalam perencanaan, maka nilai kuat perlu U harus diambil sebagai:
U = 1,2D +1,0L±1,0E atau U = 0,9±1,0E
Tulisan ini semoga bermanfaat dan membantu bagi saudara yang sedang menempuh pendidikan sehingga bisa memahami beban – beban apa saja yang terjadi pada suatu bangunan gedung.

0 komentar