Jenis Dan Penyebab Kegagalan Struktur Bangunan

May 13, 2018
Seperti yang kita ketahui konsekuensi dari kegagalan struktur bangunan selain rusaknya bangunan tetapi juga dapat menyebabkan kecelakaan yang timbulnya korban jiwa, cedera dan lainya yang disebabkan oleh jatuhnya material . Kegagalan bangunan dapat berupa  bagian dari bangunan  yang  retak, misalnya struktur beton bertulang  yang suatu waktu bisa saja mengalami keretakan yang serius atau lebih besar dan menyebabkan robohnya suatu bangunan. Bayangkan saja andaikan orang-orang yang berada pada suatu bangunan yang mengalami kegagalan struktur apalagi bangunan gedung tinggi maka hal buruk apapun bisa terjadi.

Selain itu, kerusakan properti bekas keruntuhan bangunan perlu menghabiskan waktu untuk membersihkan, memperbaiki dan memerlukan biaya untuk mengembalikan seperti normalnya.
Definisi Kegagalan Struktur Bangunan
Jenis Dan Penyebab Kegagalan Struktur Bangunan
Undang-undang Jasa Konstruksi NO.18/1999 Pasal 1 menjelaskan bahwa kegagalan bangunan adalah keadaan bangunan, yang setelah diserah terimakan oleh penyedia jasa kepada pengguna jasa, menjadi tidak berfungsi baik sebagian atau secara keseluruhan tidak sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam kontrak kerja konstruksi atau pemanfaatan-nya yang menyimpang sebagai akibat kesalahan penyedia jasa dan/atau pengguna jasa.
Kontrol Kualitas Beton Untuk Minimalisir Kegagalan Kostruksi
Dalam industri konstruksi beton telah muncul sebagai bahan bangunan yang paling umum. Juga perlu dicatat bahwa bangunan yang menggunakan beton bertulang sangatlah banyak. Oleh karena itu, faktor-faktor yang mempengaruhi kekuatan beton bertulang harus dipertimbangan dengan cermat.
Bahan konstituen untuk beton diantaranya semen, agregat halus, agregat kasar dan air. Beton adalah material yang sangat bervariasi, memiliki berbagai kekuatan. Beton umumnya meningkatkan kekuatannya dengan usia. Hubungan yang tepat akan tergantung pada jenis semen yang digunakan. Merupakan hal yang penting bahwa agregat untuk membuat beton harus bebas dari segala jenis kotoran.
Dalam pelaksanaanya sangat penting untuk mengontrol kualitas agregat yang akan digunakan dalam pembuatan beton. Yang paling penting, efek dari kandungan lumpur/lempung pasir pada kekuatan tekan beton harus dikontrol.
Penyebab Terjadinya Kegagalan Struktur Bangunan
Beberapa faktor penyebab umum bangunan gagal cenderung karena perencanaan yang tidak benar dan pelaksanaan pekerjaan yang tidak sesuai acuan yang ada. Penggunaan bahan material yang tidak sesuai acuan dan kegagalan dalam desain yang timbul pada tahap pra-konstruksi dan kesalahan operasional yang timbul pada saat fase konstruksi merupakan salah satu dari banyaknya faktor. Kesalahan yang muncul dari pra-konstruksi dan selama fase konstruksi memiliki pengaruh potensial terbesar pada hasil akhir proyek.
Kerusakan bangunan dapat terjadi karena tiga pihak yang terlibat yaitu Konsultan, Kontraktor dan Pengembang/Pemilik. Dalam pelaksanannya bisa saja Konsultan dan Kontraktor telah memberikan kontrol dan pengawasan operasi lapangan dan kontrol kualitas yang tidak mencukupi, begitu juga kurangnya pengawasan pelaksanaan pekerjaan dari pengawas owner sehingga terjadi penyimpangan kualitas bahan atau yang lainya.
Dibawah ini merupakan beberapa penyebab terjadinya kegagalan struktur:
1)   Umur/Daya Layan Bangunan 
Umur bangunan juga berperan dan berpengaruh terhadap kegagalan konstruksi bangunan dimana jika umur suatu konstruksi bangunan melebihi dari umur yang direncanakan maka dapat berpotensi menyebabkan kegagalan bangunan, hal ini diakibatkan karena tingkat kekuatan bangunan mengalami penurunan selama umurnya serta kelelahan yang menyebabkan daya layan berkurang.
2)   Bencana
Faktor ini merupakan faktor diluar dugaan dan kemampuan manusia yang sulit untuk diprediksi secara tepat, faktor bencana merupakan faktor yang sangat fatal terhadap kegagalan konstruksi. Bencana dalam hal ini dapat berupa bencana alam maupun akibat faktor internal yang disebabkan oleh kelalaian manusia seperti bencana gempa, tsunami, tanah longsor, badai topan, kebakaran, ledakan dan lainya sehingga menyebabkan kegagalan pada struktur. Oleh karena itu untuk mengurangi tingkat risiko akibat faktor ini maka pihak pengelola konstruksi mengalihkan risiko tersebut seperti mendaftarkan ke asuransi. 
3)   Maintanance/Perawatan
Perawatan bangunan juga berperan penting terhadap kelangsungan umur dan kualitas produk konstruksi, tentunya dalam hal ini diperluhkan sistem manajemen perawatan bangunan. Biasanya seorang pengawas owner yang ditugasi untuk mengecek kondisi bangunan, atau konsultas pengawas yang ditunjuk oleh owner. Jika tingkat frekuensi perawatan tidak dilakukan secara rutin dan berkala maka dapat juga berpotensi terhadap meningkatnya risiko kegagalan bangunan. Inspeksi perawatan bangunan berfungsi untuk mendeteksi secara dini kerusakan dari fisik bangunan sehingga langkah perbaikan dapat dilakukan sejak dini sehingga menghindari tingkat kerusakan yang lebih buruk serta pembengkakan biaya. 
Contoh dari perawatan ini seperti ketika konstruksi baja dibiarkan tidak dilakukan perawatan dan pengecat-an maka lama-lama bisa berkarat, atau jembatan struktur baja tetapi menggunakan pelat lantai yang terbuat dari bahan material kayu, karena seiring bertambahnya umur jembatan, maka kayu juga bisa rusak dan lapuk, maka dengan adanya perawatan, pelat yang terbuat dari kayu itu bisa di perbarui.
4)   Kesalahan Dalam Perencanaan
Kesalahan perencanaan dan perancangan merupakan faktor yang sangat penting dan vital dimana sangat berpengaruh terhadap desain konstruksi yang akan dilaksanakan dilapangan, jika dalam aspek perencanaan dan perancangan pihak konsultan salah memperhitungkan atau menganalisis maka konsekuensi dan dampak yang dapat ditimbulkan ke depan akan sangat signifikan berpengaruh terhadap kegagalan fisik bangunan, seperti ketidaksempurnaan konstruksi dalam desain, seperti desain arsitektur yang kemudian pada perhitungan struktur tidak direncanakan dengan baik dan benar, sehingga tidak sesuai acuan yang berlaku dan menyebabkan kegagalan konstruksi, struktur menjadi tidak tepat untuk maksud yang diusulkan. Desain struktural yang benar sangat penting untuk semua bangunan, tetapi sangat penting untuk bangunan tinggi. Bahkan sedikit kemungkinan kegagalan tidak dapat diterima karena hasilnya dapat menjadi bencana bagi kehidupan manusia dan bangunan itu sendiri. Oleh karena itu, orang sipil harus sangat berhati-hati dan metodis dalam memastikan desain bangunan yang sesuai yang dapat mempertahankan beban yang diterapkan.
Tetapi dalam hal ini tidak hanya perencanan dalam hal desain tetapi juga Perencanaan yang dapat berupa perencanaan anggaran, perencanaan mutu, perencanaan waktu pelaksanaan, perencanaan manfaat/benefit, perencanaan fungsi dan perencanaan yang mendukung terhadap produk konstruksi yang akan dihasilkan. Kesimpulan-nya semua mode kegagalan perlu diperiksa dengan menggunakan perangkat lunak modern pada subjek. Namun, seorang perancang dan pembangun tidak dapat sepenuhnya yakin tentang desain, dan oleh karena itu faktor keamanan yang tepat dimasukkan pada perhitungan desain.
5)   Kesalahan Operasional 
Dalam hal ini lebih berorientasi kepada  pihak pemilik proyek konstruksi dalam tahap penggunaan dan operasional dari produk konstruksi tersebut, dimana jika pihak pemilik melakukan kesalahan dalam hal merubah dari fungsi awalnya maka dapat berpotensi menimbulkan terjadinya kegagalan konstruksi, misalnya bangunan yang awalnya diperuntukkan untuk gedung perkantoran diubah fungsi menjadi gudang atau menambah jumlah tingkat bangunan yang dari perencanaan awalnya hanya diperuntukkan untuk satu lantai atau pembangunan gedung yang setelah terealisasi tidak digunakan sama sekali/ganggur,  serta perubahan-perubahan fungsi lainnya yang menyimpang dari fungsi rencana awalnya juga berpotensi terhadap terjadinya kegagalan bangunan baik bersifat fisik maupun nonfisik. 
6)   Kesalahan Dalam Proses Studi Kelayakan
Kesalahan dalam  tahapan studi kelayakan memberikan dampak yang cukup meluas ke beberapa aspek tidak hanya yang bersifat fisik tetapi non fisik juga. Dalam proses pembuatan dan analisis studi kelayakan tentunya perlu memperhatikan aspek-aspek secara menyeluruh/komprehensif yang akan di proyeksikan ke depan baik pada tahap pelaksanaan/konstruksi maupaun pasca konstruksi dimana berdampak langsung terhadap daerah di sekitarnya baik dari segi pemanfaatan, perawatan, sosial, ekonomi, lingkungan dan peraturan yang berlaku. Jadi pada tahap ini jika tidak dilakukan dengan cermat khusunya bagi proyek yang berskala besar maka akan memberikan dampak yang signifikan dalam tahapan ke depannya yang tentunya merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya kegagalan suatu konstruksi.
7)   Kesalahan Dalam Pelaksanaan 
Kesalahan pelaksanaan merupakan tindak lanjut dari proses perencanaan kontruksi, dimana dalam tahap pelaksanaan juga memegang peranan penting terhadap kegagalan kontruksi yang tentunya lebih berorientasi kepada  pihak pelaksana proyek/kontraktor. Pekerjaan tenaga kerja tidak terampil pada pekerjaan konstruksi adalah alasan lain untuk kegagalan struktural. Oleh karena itu, penting bahwa pemilik, perancang, dan pembangun sepenuhnya sadar akan alasan kegagalan, dan melakukan semua tindakan pencegahan.
Dalam tahap pelaksanaan faktor-faktor tersebut antara lain dapat dari segi metode pelaksanaan yang salah, kualitas material yang tidak sesuai spesifikasi dalam kontrak dan perencanaan, penggunaan tenaga kerja yang kurang atau tidak ahli dan berpengalaman, penggunaan peralatan yang tidak efektif, kurangnya pengawasan dan manajemen proyek yang buruk.  Tentunya jika aspek tersebut dapat lebih diperhatikan maka tingkat risiko kegagalan konstruksi dari aspek pelaksanaan dapat direduksi. 
8)  Kegagalan Pengerjaan Interior
Kegagalan karena pengerjaan inferior dapat menyebabkan kerusakan dan kegagalan struktural. Pengerjaan yang buruk sering kali merupakan asal mula kegagalan konstruksi. Bahkan material berkualitas tinggi, jika digunakan tidak sempurna, mungkin tidak berhasil melayani fungsi yang direncanakan, atau tahan lama seperti yang dirancang.
Pengerjaan yang buruk adalah penyebab sebenarnya dari kebanyakan kegagalan konstruksi. Kegagalan umum karena pengerjaan yang buruk bisa menyebabkan atap bocor, ubin lantai yang retak, peluruhan cat, dan banyak masalah lainnya. Prosedur yang tepat telah dibuat untuk hampir setiap operasi konstruksi, dan hanya implementasi yang diperlukan. Cat berkualitas yang diterapkan pada permukaan yang tidak bersih kemungkinan akan gagal, bukan karena bahannya di bawah standar, tetapi karena ia digunakan dengan kualitas kerja yang buruk.
9)  Kegagalan Pondasi
Banyak pondasi bangunan tidak dirancang dan dibangun dengan baik untuk kondisi tanah pada lokasi yang ada, misalnya tanahnya memiliki daya dukung yang jelek atau tidak memadai untuk mendukung berat struktur.
Pergerakan pondasi dapat terjadi jika pelapisan dan pengeringan tanah tidak seragam, seperti drainase yang tidak memadai, kebocoran pipa, dan evaporasi, dapat menyebabkan variasi tanah. Lapisan tanah atas memberikan daya dukung untuk menahan struktur, dan memastikan stabilitas pondasi. Jika tanah bantalan tidak dipadatkan dengan cukup sebelum pelaksanaan konstruksi maka peluang terjadinya kegagalan struktur sangatlah besar.
Jenis Kegagalan Struktur Bangunan
Ada dua jenis kegagalan konstruksi, kegagalan laten dan kegagalan paten. Kegagalan laten adalah kegagalan yang tersembunyi dan sering tidak jelas. Bahkan dengan inspeksi di tempat yang paling komprehensif, kadang-kadang item yang mengalami kegagalan dapat luput dari perhatian. Setelah konstruksi selesai, kegagalan laten tidak diketahui dan umumnya tidak dapat ditemukan dan hanya akan muncul setelah berlalunya waktu. Sementara Kegagalan paten adalah kegagalan yang diketahui bahkan mudah terlihat pada pemeriksaan wajar atau normal.
Contoh Kegagalan Laten adalah:
1)  Tanah yang tidak dipadatkan dengan benar.
2)  Kurangnya penguatan pada pondasi beton struktural
3)  Sistem peredam cuaca yang tidak terpasang dengan benar.
4)  Sistem dinding eksterior EIFS tidak dipasang dengan benar.
5)  Penguatan tidak sepenuhnya tertanam dalam struktur beton.
Contoh Kegagalan Paten adalah:
1)  Terjadi keretakan pada struktur beton
2)  Kurangnya ventilasi udara
3)  Tidak sesuianya kemiringan atap, sehingga terjadi kebocoran
4)  Tidak terpasangnya railing pada tangga.
5)  Pintu yang keluar dan tidak sejajar dengan frame kusen yang terpasang.
6)  Jendela tidak berfungsi

0 komentar